Serangan udara Israel kembali menggempur Jalur Gaza sejak Rabu yang menewaskan setidaknya 33 warga Palestina, termasuk 20 perempuan dan anak-anak. Serangan ini terjadi kurang dari 48 jam setelah Dewan Keamanan PBB mengadopsi rencana 20 poin Presiden AS Donald Trump untuk wilayah tersebut.
Jet tempur Israel membombardir tenda-tenda pengungsi di Khan Younis, Gaza bagian selatan, serta sejumlah rumah di Gaza City. Lebih dari 70 orang dilaporkan terluka.
Penembakan dan serangan udara kembali dilaporkan pada Kamis pagi, dengan sebagian besar korban berasal dari Khan Younis, menurut laporan media lokal.
Kelompok Hamas mengecam serangan terbaru ini sebagai sebuah “pembantaian” dan menyebutnya sebagai “eskalasi berbahaya yang digunakan [Perdana Menteri Israel Benjamin] Netanyahu untuk melanjutkan genosida.”
Militer Israel mengklaim bahwa serangan dilakukan setelah pasukannya ditembaki di Khan Younis pada Rabu sebelumnya. Namun, tidak ada laporan mengenai korban dari pihak Israel, dan tidak ada kelompok Palestina yang mengaku bertanggung jawab. Media lokal pun tidak melaporkan adanya bentrokan, sementara militer Israel tidak memberikan bukti.
Hamas menuduh Israel menggunakan tuduhan tersebut untuk “membenarkan kejahatannya.”
Pelanggaran gencatan senjata
Sejak gencatan senjata di Gaza berlaku pada 11 Oktober, Israel disebut konsisten melanggar sejumlah ketentuan.
Serangan mematikan terjadi hampir setiap hari, menewaskan lebih dari 312 orang dan melukai lebih dari 700.
Sejak serangan besar di Gaza dimulai pada Oktober 2023, Israel telah menewaskan hampir 70.000 warga Palestina dan melukai 170.000 lainnya, dengan sekitar 10.000 orang masih hilang. Menurut data bocor dari militer Israel, sekitar 80 persen korban adalah warga sipil.
Kantor Media Pemerintah Gaza mencatat sekitar 400 pelanggaran gencatan senjata oleh Israel sejak 11 Oktober.
Pelanggaran tersebut mencakup:
-
113 insiden tembakan langsung ke warga sipil, rumah, area pemukiman, dan tenda pengungsi
-
174 serangan udara dan artileri
-
17 kali pengerahan kendaraan militer yang memasuki area pemukiman dan pertanian melewati “Garis Kuning”
-
85 pembongkaran rumah dan bangunan sipil
-
Setidaknya 35 penangkapan sewenang-wenang
Selain itu, Israel dinilai melanggar gencatan senjata dengan tetap membatasi masuknya barang kebutuhan pokok. Rata-rata hanya 150 truk bantuan yang diizinkan masuk setiap hari—jauh di bawah kesepakatan 600 truk per hari.
Israel juga menutup Penyeberangan Rafah, membuat puluhan ribu warga luka parah tidak dapat memperoleh perawatan di luar negeri.
Keputusan DK PBB
Serangan terbaru terjadi dua hari setelah Dewan Keamanan PBB mengadopsi resolusi rancangan AS yang kembali menegaskan dukungan untuk penerapan dan pemeliharaan gencatan senjata.
Resolusi tersebut juga mengizinkan pembentukan otoritas transisi yang dipimpin Trump untuk memerintah sementara Gaza serta mengerahkan pasukan internasional guna melakukan “demiliterisasi” dan rekonstruksi wilayah tersebut.
Rencana ini ditolak oleh banyak warga Palestina dan sejumlah pakar hukum, yang menilai mekanisme tersebut menciptakan bentuk baru “perwalian asing” atas Gaza—dan oleh para kritikus dianggap sebagai bentuk kolonialisme baru.


