Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF), lembaga yang didukung Amerika Serikat dan Israel, pada Senin mengumumkan penghentian misinya di Jalur Gaza, sembilan bulan setelah dibentuk.
Dalam keterangannya, GHF menyebut telah menyelesaikan misi daruratnya setelah menyalurkan lebih dari 187 juta porsi makanan gratis bagi warga sipil di wilayah tersebut.
Direktur Eksekutif GHF, John Acree, mengatakan lembaganya mulai menghentikan operasi karena merasa telah menunjukkan “cara yang lebih baik” dalam menyalurkan bantuan bagi warga Gaza. Ia menambahkan, model penyaluran bantuan yang digunakan GHF kini diadopsi dan diperluas oleh Civil Military Coordination Center (CMCC) serta sejumlah organisasi internasional lainnya setelah beberapa pekan pembahasan.
Sementara itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa menegaskan perkembangan tersebut tidak memengaruhi operasi mereka. “Kami tidak pernah bekerja sama dengan mereka,” ujar juru bicara PBB, Stephane Dujarric, kepada wartawan.
GHF dibentuk oleh AS dan Israel sebagai pengganti UNRWA, badan PBB untuk pengungsi Palestina. Namun, lembaga itu menuai kritik karena dinilai tidak mampu memenuhi target penyaluran bantuan yang telah disepakati. GHF juga dipersoalkan terkait insiden serangan terhadap warga yang tengah mengantre bantuan di titik distribusi.
Berdasarkan perjanjian gencatan senjata antara Hamas dan Israel pada 10 Oktober, sebanyak 600 truk bantuan seharusnya masuk ke Gaza setiap hari. Namun, Israel disebut tidak mematuhi kesepakatan tersebut dan tetap melancarkan serangan hampir setiap hari, menewaskan sedikitnya 342 warga Palestina sejak 10 Oktober.
Sejak Oktober 2023, serangan Israel di Gaza telah menewaskan hampir 70.000 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, serta melukai lebih dari 170.900 orang, dalam ofensif yang menghancurkan sebagian besar wilayah enklaf tersebut.


