Thursday, December 4, 2025
HomeBeritaStatistik: 50% pasangan prajurit Israel krisis rumah tangga

Statistik: 50% pasangan prajurit Israel krisis rumah tangga

Perang berkepanjangan antara Israel dan Hamas serta kelompok bersenjata lain memberikan dampak signifikan bagi keluarga prajurit cadangan Israel.

Dalam laporan perdananya, Biro Pusat Statistik Israel (CBS) mengungkapkan bahwa para pasangan dan anak-anak dari tentara cadangan merasakan tekanan sosial dan psikologis yang meningkat selama dua tahun terakhir.

Konflik bermula pada 7 Oktober 2023 ketika anggota Hamas menyerbu Israel selatan, menewaskan sekitar 1.200 orang dan membawa 251 sandera ke Gaza. Di wilayah utara, Hezbollah mulai menembakkan roket ke Israel sehari setelahnya, memicu evakuasi 60.000 warga dari 32 komunitas. Bentrokan di utara mereda setelah tercapai gencatan senjata pada 27 November 2024.

Sementara itu, perang di Gaza hingga kini masih berlangsung, membuat sebagian besar tentara cadangan bertugas dalam jangka panjang di berbagai front.

Dampak pada hubungan keluarga

Menilik temuan CBS, 50 persen pasangan dari prajurit cadangan menyatakan hubungan pernikahan mereka terdampak akibat lamanya penugasan. Sekitar 30 persen bahkan mengaku sempat mempertimbangkan perpisahan atau perceraian.

Tingkat tekanan meningkat seiring durasi masa dinas. Pada keluarga prajurit yang bertugas hingga 50 hari, 36 persen melaporkan hubungan terganggu. Angka itu melonjak menjadi 57 persen bagi mereka yang pasangannya bertugas antara 200–350 hari.

Kondisi psikologis anak ikut terpengaruh

Sebanyak 52 persen pasangan prajurit cadangan menilai anak-anak mereka menunjukkan perubahan kondisi mental yang negatif. Pada keluarga yang pasangannya bertugas 200–250 hari, proporsi itu meningkat menjadi 63 persen.

Tak sedikit keluarga yang membutuhkan bantuan setelah masa dinas. Sekitar 61 persen pasangan mengaku memerlukan bentuk dukungan tertentu:

  • 55 persen membutuhkan bantuan psikologis atau emosional

  • 38 persen memerlukan bantuan finansial

Sebanyak 35 persen pasangan mencari layanan konseling profesional. Pada keluarga prajurit pasukan darat, 68 persen memilih mencari bantuan psikologis dari penyedia layanan privat.

Mengandalkan keluarga dan bantuan institusi

Dari keluarga yang mencari pertolongan, 75 persen mengandalkan dukungan keluarga besar atau teman dekat. Angkanya bahkan lebih tinggi pada keluarga religius, yakni 83 persen, disusul keluarga sekuler 74 persen, dan keluarga ultra-Ortodoks 64 persen.

Selain itu, 30 persen keluarga menerima bantuan dari Angkatan Bersenjata Israel (IDF), dan 23 persen dari otoritas lokal. Pada mereka yang pasangannya bertugas lebih dari 250 hari, tingkat penerimaan bantuan dari IDF naik menjadi 37 persen.

CBS juga mencatat 87 persen keluarga menerima pembayaran kompensasi dari Lembaga Asuransi Nasional—68 persen penuh dan 19 persen sebagian.

Seorang juru bicara militer Israel kepada Ynet menyatakan IDF menyadari tekanan yang dialami prajurit cadangan serta keluarganya, dan tengah berupaya meningkatkan dukungan, termasuk pengelolaan personel dan penyediaan bantuan yang lebih luas.

“IDF akan terus merumuskan solusi tambahan demi kesejahteraan prajurit cadangan dan keluarga mereka,” ujarnya.

Pizaro Idrus
Pizaro Idrus
Kandidat PhD bidang Hubungan Internasional Universitas Sains Malaysia. Peneliti Asia Middle East Center for Research and Dialogue
ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Terpopuler