Friday, December 5, 2025
HomeBeritaInvestigasi CNN ungkap praktik mengejutkan penggusuran jasad warga Palestina

Investigasi CNN ungkap praktik mengejutkan penggusuran jasad warga Palestina

Hamas menyatakan bahwa temuan investigasi media Amerika yang mengungkap praktik penggusuran dan penguburan jasad warga Palestina di kuburan dangkal dekat Perlintasan Zikim, Gaza utara.

Hal itu merupakan “bukti terdokumentasi tentang tindakan Israel yang dengan sengaja mengubah bantuan kemanusiaan menjadi perangkap maut massal di lokasi tersebut”.

Investigasi yang dilakukan jaringan CNN pada Rabu lalu mengungkap bahwa militer Israel menggusur jasad para syuhada Palestina yang tengah menunggu bantuan.

Mereka juga menguburkannya secara sembarangan di lubang-lubang dangkal tak bertanda di sekitar perlintasan tersebut.

Dalam sejumlah kasus lain, sisa-sisa jasad dibiarkan begitu saja di area terbuka hingga membusuk di bawah terik matahari.

Laporan itu menunjukkan bahwa banyak warga Palestina tewas akibat tembakan acak dari pasukan Israel di dekat perlintasan Zikim.

Temuan ini disusun berdasarkan ratusan rekaman video dan foto dari sekitar lokasi, serta wawancara dengan para saksi mata dan sopir truk bantuan asal Gaza.

CNN juga mengutip pendapat pakar hukum yang menegaskan bahwa perlakuan buruk terhadap jenazah.

Termasuk penguburan tanpa identitas di kubur-kubur dangkal, dapat dikategorikan sebagai pelanggaran hukum internasional.

Pemandangan mengerikan

Enam sopir truk bantuan yang kerap melintasi jalur menuju Zikim menggambarkan kepada CNN bahwa jasad-jasad yang berserakan—banyak di antaranya sudah membusuk—merupakan pemandangan yang nyaris rutin.

Mereka menyebut bahwa buldoser Israel kerap terlihat mendorong jasad-jasad tersebut, lalu menimbunnya dengan pasir.

Seorang tentara Israel yang diwawancarai jaringan tersebut mengakui bahwa sembilan jasad warga Palestina tak bersenjata pernah dibiarkan membusuk selama hampir 2 hari di sekitar pos militernya pada awal 2024.

Ia menceritakan bahwa bau menyengat jenazah membuat suasana tak tertahankan, sementara anjing-anjing liar mulai mengais-ngais sisa tubuh para korban.

“Komandan kami kemudian memerintahkan agar buldoser menutup jasad-jasad itu dengan pasir. Melihat begitu banyak tubuh yang tergeletak, tak bersenjata, lalu melihat anjing-anjing memakan tulang, kaki, bahkan tengkorak, itu benar-benar mengerikan,” ujarnya.

Gambar satelit dan dokumentasi foto memperkuat kesaksian tersebut.

Foto-foto menunjukkan keberadaan alat berat Israel secara konsisten sejak akhir Juli hingga awal Agustus, serta jejak aktivitas penggusuran di sekitar perlintasan Zikim sejak pertengahan Juni—tak lama setelah jalur bantuan dibuka—hingga ditutup kembali pada 12 September.

Kejahatan perang

Menanggapi temuan investigasi itu, Hamas dalam pernyataannya pada Kamis menyebut bahwa praktik penggusuran jasad para pencari bantuan, membiarkan puluhan korban bergelimpangan tanpa diambil.

Selain itu juga mereka menghalangi upaya evakuasi, merupakan “kejahatan perang dan serangkaian pelanggaran sistematis yang menambah panjang daftar genosida yang dilakukan Israel terhadap rakyat Palestina”.

Hamas menegaskan bahwa kekejaman tersebut bukan insiden sporadis, melainkan tindakan pembunuhan yang dilakukan secara sadar dan terekam jelas.

Hal itu dilakukan “di depan mata dunia dengan penghinaan penuh terhadap hukum internasional dan prinsip paling dasar hak asasi manusia”.

Kelompok itu juga menyoroti peran Amerika Serikat dan beberapa ibu kota Barat yang dinilai “terlibat dalam pembiaran genosida serta terus menghambat proses penuntutan hukum terhadap para penjahat perang Israel, termasuk Perdana Menteri Benjamin Netanyahu”.

Hamas mendesak Mahkamah Pidana Internasional, Mahkamah Internasional, serta berbagai pengadilan nasional lainnya untuk menindaklanjuti kasus ini.

Selain itu juga Hamas mendesak untuk memasukkannya ke dalam berkas resmi pelanggaran dengan tujuan membawa para pemimpin Israel ke meja pengadilan.

Selama 2 tahun perang yang digambarkan banyak pihak sebagai genosida, militer Israel melakukan berbagai pembantaian terhadap warga yang tengah menunggu bantuan kemanusiaan di sekitar Perlintasan Zikim dan sejumlah lokasi lain di Jalur Gaza.

Serangan-serangan itu menyebabkan ratusan korban syahid dan luka-luka setiap hari.

Dengan dukungan luas dari Amerika Serikat (AS), Israel sejak 7 Oktober 2023 melancarkan perang yang menewaskan lebih dari 70.000 warga Palestina dan melukai sekitar 171.000 lainnya, mayoritas perempuan dan anak-anak.

Angka tersebut belum final karena ribuan orang masih tertimbun di bawah reruntuhan.

Perjanjian gencatan senjata dan pertukaran tahanan mulai berlaku pada 10 Oktober 2025, berdasarkan kesepakatan yang diumumkan Presiden AS Donald Trump.

Namun Israel beberapa kali melanggar kesepakatan, dengan dalih menargetkan tokoh atau anggota kelompok perlawanan, atau menuduh warga Palestina melintasi “garis kuning”.

Garis pembatas antara wilayah yang masih diduduki Israel dan area yang diperbolehkan dihuni warga Gaza.

Hingga kini, lebih dari separuh wilayah Gaza tetap berada di bawah pendudukan.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Terpopuler