Seorang prajurit militer Israel dilaporkan tewas akibat bunuh diri di sebuah markas militer di wilayah utara Israel. Insiden ini menambah panjang daftar prajurit Israel yang mengakhiri hidupnya sendiri menjadi 61 orang sejak pecahnya perang di Gaza.
Surat kabar Israel, Haaretz, melaporkan pada Selasa bahwa prajurit tersebut merupakan seorang pelacak (tracker) yang tengah menjalani dinas militer reguler. Ia dilaporkan menembak dirinya sendiri di dalam pangkalan. Meski sempat dilarikan ke rumah sakit dalam kondisi luka parah, nyawanya tidak tertolong dan dinyatakan meninggal dunia pada Selasa malam.
Sesaat sebelum laporan tersebut dirilis, pihak militer Israel mengeluarkan pernyataan resmi yang mengonfirmasi adanya prajurit yang terluka parah akibat tembakan di sebuah markas di utara. Militer Israel menyatakan bahwa Polisi Militer telah membuka penyelidikan untuk mendalami kronologi insiden tersebut.
Tren peningkatan kasus
Data mengenai kesehatan mental di kalangan militer Israel menunjukkan tren yang mengkhawatirkan. Laporan resmi dari Pusat Penelitian dan Informasi Knesset (Parlemen Israel) yang dirilis pada 28 Oktober lalu mengungkapkan bahwa sebanyak 279 prajurit telah melakukan percobaan bunuh diri sejak awal tahun 2024.
Laporan yang disusun atas permintaan anggota Knesset, Ofer Cassif, tersebut mencatat data percobaan bunuh diri dalam rentang waktu Januari 2024 hingga Juli 2025.
Menurut lembaga penyiaran publik resmi Israel, data tersebut menunjukkan perbandingan yang signifikan, di mana rata-rata terdapat tujuh kasus percobaan bunuh diri untuk setiap satu kasus bunuh diri yang terkonfirmasi. Kondisi ini memperkuat indikasi adanya tekanan psikologis hebat yang dialami personel militer di tengah konflik yang berkepanjangan.


