Sebuah organisasi gereja di Jerman yang mewakili Gereja Katolik dan Protestan pada Rabu mendesak pemerintah Jerman menghentikan ekspor senjata ke Israel di tengah gencatan senjata yang dinilai masih rapuh di Jalur Gaza.
Joint Conference Church and Development menyerukan agar Berlin “tidak memasok Israel dengan peralatan militer apa pun yang dapat digunakan di Jalur Gaza, bahkan setelah gencatan senjata yang sangat rapuh ini, hingga situasi di Gaza cukup stabil dan tidak lagi terdapat risiko nyata bahwa peralatan militer tersebut digunakan untuk pelanggaran serius hukum humaniter internasional,” kata Wakil Ketua organisasi tersebut, Karl Juesten, dalam konferensi pers di Berlin.
Juesten mengkritik keputusan terbaru pemerintah Jerman yang kembali melanjutkan pengiriman senjata ke Israel dan menyebut langkah tersebut sebagai “terlalu dini.”
Ia menegaskan bahwa “pelaksanaan perang Israel di Jalur Gaza dalam banyak aspek tidak sejalan dengan ketentuan hukum humaniter internasional, khususnya terkait perlindungan terhadap penduduk sipil.”
Sebelumnya, pada 17 November, pemerintah Jerman mengumumkan pencabutan pembatasan ekspor senjata ke Israel dengan alasan gencatan senjata di Gaza telah “stabil” serta adanya kemajuan diplomatik di kawasan.
Kanselir Jerman Friedrich Merz sebelumnya memberlakukan pembatasan tersebut pada 8 Agustus, dengan menghentikan persetujuan ekspor senjata yang berpotensi digunakan dalam perang di Gaza. Keputusan itu diambil menyusul pengumuman Israel mengenai ofensif darat skala penuh serta penghentian pengiriman bantuan kemanusiaan ke wilayah tersebut.
Ekspor senjata Jerman ke Israel selama ini menjadi isu kontroversial dan kerap digugat secara hukum oleh kelompok pembela HAM serta warga Gaza. European Center for Constitutional and Human Rights, yang mendukung para penggugat, berulang kali menyatakan bahwa persetujuan Berlin atas ekspor senjata ke Israel melanggar perjanjian internasional yang telah ditandatangani Jerman, termasuk Konvensi Jenewa tentang pencegahan dan penghukuman kejahatan genosida.
Di sisi lain, warga Palestina menuduh Israel berulang kali melanggar kesepakatan gencatan senjata di Gaza. Kementerian Kesehatan Gaza mencatat sedikitnya 393 orang tewas dan 1.074 lainnya luka-luka akibat serangan Israel sejak gencatan senjata diberlakukan.
Sejak Oktober 2023, serangan Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 70.000 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, serta melukai lebih dari 171.000 lainnya. Sebagian besar wilayah Gaza juga dilaporkan hancur akibat konflik tersebut.


