Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, memperingatkan krisis kemanusiaan yang terus memburuk di Jalur Gaza. Ia menyebut lebih dari 100.000 anak serta sekitar 37.000 perempuan hamil dan menyusui diperkirakan akan mengalami malnutrisi akut hingga April 2026.
Peringatan ini berdasarkan analisis terbaru Integrated Food Security Phase Classification (IPC), yang menyoroti kemajuan rapuh sejak gencatan senjata Oktober 2025. Dalam IPC Special Snapshot Desember 2025, tidak ada wilayah di Gaza yang diklasifikasikan mengalami kelaparan, menunjukkan perbaikan dibanding penilaian sebelumnya.
Namun, antara pertengahan Oktober hingga akhir November 2025, sekitar 1,6 juta orang—77 persen dari populasi yang dianalisis—menghadapi tingkat kerawanan pangan akut tinggi (IPC Fase 3 atau lebih buruk).
Dari jumlah itu, lebih dari 500.000 orang berada dalam kondisi Darurat (Fase 4) dan sekitar 104.000 orang dalam kondisi Katastrofe (Fase 5), akibat kerusakan infrastruktur dan terbatasnya akses layanan dasar.
Proyeksi Desember 2025–April 2026 menunjukkan situasi kerawanan pangan akut diperkirakan bertahan. Sekitar 571.000 orang diperkirakan berada di Fase Darurat, dan hampir 1.900 orang dalam Fase Katastrofe. Dalam skenario terburuk, jika konflik kembali meningkat atau aliran bantuan terhenti, seluruh Gaza berisiko menghadapi kelaparan.
Malnutrisi akut menjadi perhatian utama, terutama pada kelompok rentan. Analisis IPC memperkirakan hampir 101.000 anak usia 6–59 bulan akan mengalami malnutrisi akut hingga pertengahan Oktober 2026, termasuk lebih dari 31.000 kasus parah yang memerlukan penanganan segera.
Selain itu, sekitar 37.000 perempuan hamil dan menyusui diperkirakan membutuhkan perawatan malnutrisi akut, diperburuk oleh rendahnya keberagaman pangan dan kemiskinan pangan yang memengaruhi dua pertiga anak usia dini.
Gencatan senjata terbaru memungkinkan kemajuan terbatas, termasuk peningkatan akses bantuan kemanusiaan dan komersial, pengiriman bantuan pangan untuk kebutuhan dasar, serta penyediaan lebih dari 1,5 juta makanan hangat setiap hari. Pemulihan pusat gizi, layanan air bersih, dan fasilitas kesehatan juga membantu menekan risiko kelaparan.
Meski demikian, kondisi masih rapuh. Sekitar 79 persen rumah tangga tidak mampu membeli makanan bergizi meski tersedia, dan lebih dari 730.000 orang masih mengalami pengungsian sejak gencatan senjata. Risiko tambahan meliputi pembatasan impor kebutuhan esensial, akses bantuan yang tidak merata, serta dampak musim dingin di tempat pengungsian padat yang meningkatkan risiko penyakit seperti infeksi saluran pernapasan dan diare.
WHO juga mencatat hanya sekitar 50 persen fasilitas kesehatan di Gaza yang berfungsi terbatas, menghadapi kekurangan pasokan medis yang sering tertunda akibat prosedur masuk yang kompleks.


