Monday, December 29, 2025
HomeBeritaSisa Rezim Assad Picu Kekerasan di Latakia dan Tartous

Sisa Rezim Assad Picu Kekerasan di Latakia dan Tartous

Bentrok keras pecah di kota pesisir Suriah, Latakia dan Tartous, pada Minggu (28/12/2025), yang menyebabkan sedikitnya tiga orang tewas dan lebih dari 60 lainnya mengalami luka-luka. Insiden ini terjadi setelah kelompok yang diduga mantan pendukung rezim Bashar al-Assad menyerang pasukan keamanan dan warga sipil di tengah gelombang aksi protes yang meluas.

Aksi protes pada Minggu tersebut digerakkan oleh Ghazal Ghazal, seorang tokoh Alawi sekaligus Ketua Dewan Islam Alawi Tertinggi. Ghazal menyerukan agar sesama Alawi melakukan unjuk rasa secara damai dengan tuntutan pembentukan sistem pemerintahan federal di Suriah. Ia juga mengecam pelanggaran sektarian yang terus berlangsung, terutama pasca serangan terhadap sebuah masjid di Homs beberapa waktu lalu.

Dalam pernyataan yang disampaikan melalui platform Telegram, Kementerian Dalam Negeri Suriah menyatakan bahwa pasukan keamanan yang bertugas mengamankan demonstrasi dan menjaga ketertiban umum diserang secara langsung oleh kelompok bersenjata yang terkait dengan sisa-sisa rezim Assad di kota Latakia.

“Pemberian kebebasan berpendapat adalah hak yang dijamin bagi seluruh rakyat Suriah dalam kerangka damai. Pasukan keamanan telah diperintahkan untuk mengamankan unjuk rasa dan melindungi para peserta. Namun, beberapa aksi telah melampaui batas damai sehingga menyebabkan serangan terhadap pasukan keamanan,” demikian bunyi pernyataan tersebut.

Kementerian Dalam Negeri juga menegaskan bahwa penyerangan terhadap aparat keamanan merupakan tindakan kriminal yang dapat dikenakan sanksi hukum. Mereka yang terlibat akan diproses sesuai ketentuan yang berlaku.

Beberapa anggota bersenjata dilaporkan telah ditangkap pada hari yang sama.

Penempatan Pasukan Keamanan

Pasukan keamanan dikerahkan di sejumlah titik strategis, termasuk di bundaran Al-Azhari dan Al-Zira’a di Latakia serta di Jableh, guna menjamin keselamatan para demonstran dan menjaga ketertiban umum.

Sementara itu, di Tartous, sebuah granat tangan dilemparkan ke arah sebuah kantor polisi di Banias yang mengakibatkan dua petugas terluka.

Mengutip dari dinas kesehatan di Latakia, media resmi Suriah, SANA, melaporkan bahwa sejumlah korban yang dirawat di rumah sakit mengalami luka-luka akibat senjata tajam, lemparan batu, dan tembakan yang diduga berasal dari sisa-sisa rezim yang menyerang pasukan keamanan dan warga sipil.

Dua ambulans juga dilaporkan rusak saat sedang menjalankan tugas menanggapi kerusuhan tersebut.

Intervensi Militer untuk Menjaga Keamanan

Kementerian Pertahanan Suriah mengumumkan bahwa kelompok pasukan Tentara Arab Suriah, didukung kendaraan lapis baja, telah memasuki kota Latakia dan Tartous untuk membantu menjaga keamanan dan memulihkan stabilitas setelah eskalasi terakhir.

Kementerian Dalam Negeri juga mengumumkan penangkapan Basel Issa Ali Jamahiri, anggota kelompok bersenjata bernama “Saraya al-Jawad”. Kelompok ini diduga merupakan kelompok ekstremis yang memiliki hubungan dengan Suhail al-Hassan, mantan komandan senior militer rezim Bashar al-Assad, di desa Dwaer Baabda, wilayah pedesaan Jableh, provinsi Latakia.

Dalam pemeriksaan, Jamahiri mengaku menyembunyikan senjata dan bahan peledak yang digunakan untuk menyerang pasukan keamanan dan tentara. Tim khusus kemudian melakukan penggeledahan di lokasi yang disebutkan dan berhasil menyita sejumlah senapan mesin serta berbagai jenis munisi.

Tuntutan dan Latar Belakang Protes

Demonstrasi yang diikuti ratusan peserta di Tartous, Latakia, dan daerah sekitarnya ini dipicu sebagai reaksi atas serangan bom di sebuah masjid di Homs pada Jumat lalu yang menewaskan delapan orang dan melukai lebih dari 18 orang saat sedang menjalankan ibadah.

Sebuah kelompok bersenjata yang kurang dikenal, Saraya Ansar al-Sunna, mengaku bertanggung jawab atas serangan bom tersebut melalui platform Telegram. Mereka menyatakan serangan itu menyasar anggota komunitas Alawi.

Ketegangan sektarian di Suriah meningkat sejak jatuhnya Presiden Bashar al-Assad pada Desember 2024. Komunitas minoritas Alawi, yang merupakan kelompok agama dari mana Assad dan lingkaran dalamnya berasal, merasa semakin menjadi sasaran akibat persepsi kesetiaan mereka terhadap rezim yang telah digulingkan tersebut.

 

Pizaro Idrus
Pizaro Idrus
Kandidat PhD bidang Hubungan Internasional Universitas Sains Malaysia. Peneliti Asia Middle East Center for Research and Dialogue
ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Terpopuler