Monday, December 29, 2025
HomeBeritaUNRWA: Musim dingin ekstrem perparah derita warga Gaza

UNRWA: Musim dingin ekstrem perparah derita warga Gaza

Gelombang musim dingin yang semakin keras kembali memperburuk penderitaan warga di Jalur Gaza.

Komisaris Jenderal Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), Philippe Lazzarini, memperingatkan bahwa kondisi kemanusiaan di wilayah tersebut kian memburuk seiring cuaca ekstrem.

Hal itu terjadi setelah lebih dari 2 tahun warga Gaza hidup di bawah bayang-bayang perang Israel dan blokade berkepanjangan.

Dalam unggahan di platform X, Lazzarini menegaskan bahwa setiap hujan yang turun di Gaza kini membawa petaka baru.

“Lebih banyak hujan di Gaza berarti lebih banyak kesengsaraan, keputusasaan, dan kematian,” tulisnya.

Ia menggambarkan ribuan keluarga Palestina terpaksa bertahan hidup dalam kondisi yang sangat tidak manusiawi—di tenda-tenda usang yang terendam air atau di antara puing-puing rumah yang hancur—tanpa perlindungan memadai dan minim kebutuhan dasar.

Menurut Lazzarini, bantuan kemanusiaan yang masuk ke Gaza hingga kini belum mencapai jumlah yang dibutuhkan.

Keterbatasan tersebut, kata dia, semakin meningkatkan risiko kematian dan penyakit, terutama di kalangan anak-anak, lanjut usia, serta warga yang menderita sakit kronis.

Ia menambahkan, UNRWA sebenarnya memiliki kapasitas untuk meningkatkan dan melipatgandakan bantuan kemanusiaan.

Namun, hal itu hanya dapat dilakukan jika akses pengiriman bantuan ke Jalur Gaza dibuka secara memadai dan berlangsung secara rutin.

Sikap pemerintah Palestina

Sejalan dengan peringatan UNRWA, pemerintah Palestina menyatakan bahwa Jalur Gaza saat ini membutuhkan sekitar 200.000 unit hunian sementara siap pakai.

Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan mendesak para pengungsi, terutama di tengah cuaca musim dingin yang kian ekstrem.

Dalam pernyataan resminya, ruang operasi pemerintah Palestina menjelaskan bahwa gelombang cuaca buruk yang melanda Gaza telah menyebabkan ribuan tenda pengungsi terendam air atau bahkan terhempas angin kencang di berbagai wilayah.

Kondisi ini, menurut mereka, semakin memperparah status darurat kemanusiaan yang telah berlangsung lama.

Sejak Sabtu lalu, Jalur Gaza dilanda badai musim dingin berkutub—yang merupakan badai ketiga sejak awal musim dingin tahun ini—disertai hujan lebat dan angin kencang.

Badai tersebut datang pada saat warga Gaza mengalami kelangkaan parah bahan tempat tinggal, perlengkapan pengungsian, serta bantuan kebutuhan pokok lainnya.

Krisis kemanusiaan di Gaza terus berlanjut meskipun kesepakatan gencatan senjata antara Hamas dan Israel mulai berlaku pada 10 Oktober lalu.

Hingga kini, tidak terlihat adanya perbaikan signifikan dalam kondisi kehidupan warga.

Pemerintah Palestina menuding Israel mengingkari komitmennya dalam kesepakatan tersebut.

Bahwa mereka tetap menutup perlintasan dan menghalangi masuknya bantuan yang telah disepakati, termasuk bahan pangan, obat-obatan, bantuan darurat, serta hunian sementara dan rumah mobil.

Berbagai organisasi kemanusiaan internasional pun memperingatkan bahwa jika kondisi ini dibiarkan berlarut-larut—terlebih di tengah musim dingin—situasi kemanusiaan di Gaza berpotensi mengalami kemerosotan yang jauh lebih parah.

Mereka mendesak adanya langkah-langkah segera untuk menjamin kelancaran masuknya bantuan serta penyediaan tempat tinggal yang layak dan aman bagi warga Gaza.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Terpopuler