Wednesday, December 31, 2025
HomeBeritaGenosida di balik sel: 32 tahanan Palestina tewas di penjara Israel sepanjang...

Genosida di balik sel: 32 tahanan Palestina tewas di penjara Israel sepanjang 2025

Sejumlah organisasi pembela hak-hak tahanan Palestina menuduh Israel melakukan “genosida sistematis” terhadap para tahanan Palestina, menyusul laporan sedikitnya 32 kematian tahanan sepanjang 2025.

Tuduhan tersebut disampaikan dalam laporan tahunan bersama yang diterbitkan oleh Komisi Urusan Tahanan Palestina, Palestinian Prisoners’ Society (PPS), dan Addameer. Dalam laporan itu disebutkan bahwa para tahanan meninggal dunia akibat kebijakan “sistematis dan sangat tidak manusiawi”.

“Fasilitas-fasilitas ini telah berubah menjadi tempat penyiksaan yang dirancang untuk menghancurkan tahanan secara fisik dan mental melalui penderitaan berkepanjangan serta kebijakan eksekusi perlahan,” demikian isi laporan tersebut.

Menurut data yang diungkapkan otoritas Israel, sedikitnya 100 kematian tahanan Palestina telah tercatat sejak Oktober 2023. Identitas 86 di antaranya telah diumumkan, sementara jumlah kematian sebenarnya di penjara-penjara Israel disebut masih belum diketahui.

Laporan itu juga mencatat bahwa 94 jenazah warga Palestina masih ditahan oleh otoritas Israel. Dari jumlah tersebut, 83 orang meninggal dunia selama perang Israel di Jalur Gaza.

Kelompok-kelompok HAM tersebut menilai dua tahun terakhir sebagai periode dengan tingkat kekerasan dan eksekusi sistematis terhadap tahanan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Jumlah kematian dalam periode ini disebut setara dengan total tahanan Palestina yang meninggal dalam tahanan Israel selama 24 tahun terakhir.

“Fakta-fakta ini membuktikan bahwa apa yang terjadi terhadap tahanan Palestina merupakan genosida yang dilakukan secara sistematis,” tegas laporan tersebut.

Para tahanan disebut mengalami berbagai bentuk pelanggaran berat, mulai dari penyiksaan, kelaparan, pengabaian medis, kekerasan seksual, isolasi massal, hingga perampasan seluruh kebutuhan dasar manusia. Intensitas kejahatan yang didokumentasikan dinilai telah melampaui seluruh batas hukum dan melanggar berbagai konvensi internasional.

Penangkapan Massal dan Eksekusi di Lapangan

Selain kondisi penahanan, laporan tersebut juga menyoroti maraknya penangkapan massal di Tepi Barat dan Gaza. Lebih dari 21.000 penangkapan tercatat sejak Oktober 2023 di Tepi Barat dan Yerusalem, termasuk 1.655 anak dan 650 perempuan. Sepanjang 2025 saja, sekitar 7.000 penangkapan dilaporkan terjadi.

Angka tersebut belum mencakup penangkapan di Jalur Gaza maupun warga Palestina yang tinggal di wilayah Israel.

Laporan itu juga menyebut bahwa jurnalis dan tenaga medis termasuk kelompok yang paling sering menjadi sasaran. Penangkapan massal ini, menurut laporan, kerap disertai eksekusi di lapangan, pemukulan berat, perusakan dan penggeledahan rumah, penyitaan kendaraan serta harta benda, penggunaan warga sipil sebagai tameng manusia, hingga penghancuran rumah milik keluarga para tahanan.

Hingga Desember 2025, lebih dari 9.300 warga Palestina ditahan di penjara-penjara Israel. Namun, jumlah sebenarnya diperkirakan lebih tinggi karena Israel tidak mengungkapkan data ratusan warga Gaza yang ditangkap. Sekitar separuh dari total tahanan tersebut—sekitar 4.750 orang—ditahan tanpa dakwaan maupun proses pengadilan.

Laporan itu juga menyoroti bahwa sejak Oktober 2023, keluarga warga Gaza yang ditangkap tidak memperoleh informasi resmi mengenai keberadaan anggota keluarga mereka.

“Imunitas sistematis menjadi bagian utama dari perangkat pendudukan, mencerminkan keterlibatan lembaga peradilan dalam menutupi kejahatan terhadap tahanan Palestina serta memperkuat kebijakan apartheid dan penganiayaan,” demikian kesimpulan laporan tersebut.

 

Pizaro Idrus
Pizaro Idrus
Kandidat PhD bidang Hubungan Internasional Universitas Sains Malaysia. Peneliti Asia Middle East Center for Research and Dialogue
ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Terpopuler