Thursday, October 17, 2024
HomeBeritaPsikolog: Anak-anak Gaza butuh bantuan psikososial pulihkan trauma

Psikolog: Anak-anak Gaza butuh bantuan psikososial pulihkan trauma

Konflik berkepanjangan di Gaza meninggalkan dampak psikologis yang mendalam bagi anak-anak. Hingga kini, lebih dari 17.000 anak telah meregang nyawa dalam satu tahun genosida Gaza.

Pada 25 September 2024 lalu, Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) melaporkan bahwa lebih dari 625.000 anak usia sekolah mengalami trauma mendalam di Gaza.

Sebelumnya, Kementerian Pendidikan Palestina menyebutkan bahwa sekitar 630.000 siswa terpaksa harus putus sekolah sejak awal konflik terjadi. Ini karena serangan Israel telah membuat banyak bangunan termasuk sekolah hancur dan membuat anak-anak yang selamat harus mengungsi.

arina

Menurut psikolog Arina Athiyallah, B.HSc., M.Psi., anak-anak di wilayah konflik tersebut rentan mengalami gangguan psikologis serius seperti PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder), gangguan trauma kompleks, depresi, dan kecemasan berlebihan.

Kondisi ini diakibatkan oleh paparan kekerasan yang terus menerus, kehilangan anggota keluarga, serta kehancuran lingkungan tempat mereka tinggal.

“Dampak psikologis pada anak-anak Gaza sangat berat. Mereka terpapar kekerasan setiap hari, yang membuat mereka merasa putus asa, kehilangan motivasi, dan kerap mengalami kecemasan serta ketakutan yang luar biasa,” jelas pengajar psikologi di Institut Agama Islam Pemalang ini. kepada Gaza Media pada Kamis (17/10).

Secara emosional, anak-anak di Gaza sering kali menunjukkan gejala seperti kecemasan, kesedihan, serta ketakutan akan ketidakstabilan.

“Mereka juga mudah tersinggung dan mengalami penurunan konsentrasi. Di sisi fisik, dampak trauma terlihat dari gejala tremor berlebihan, berkeringat secara tidak normal, hingga kehilangan kemampuan penglihatan,” ujar Arina.

Dampak jangka panjang

Paparan kekerasan berkepanjangan di wilayah konflik seperti Gaza menyebabkan masalah psikologis jangka panjang. Arina menekankan bahwa anak-anak yang hidup di wilayah konflik ini berisiko tinggi mengalami gangguan perilaku, depresi kronis, serta perilaku agresif.

“Anak-anak di Gaza sering kali mengalami gangguan tidur akibat mimpi buruk tentang peristiwa traumatis yang mereka alami. Ini juga berdampak pada performa akademik mereka yang cenderung menurun,” tambah Arina yang juga aktivis Friends of Palestine ini.

Menurut penelitian, hampir seluruh populasi di Palestina saat ini hidup dalam kecemasan tinggi akibat trauma berkelanjutan. Kondisi ini diperkirakan akan berdampak pada perkembangan emosional dan mental anak-anak dalam jangka panjang, membuat mereka kesulitan untuk menjalani kehidupan normal.

Gejala trauma dan cara mendeteksinya

Gejala trauma berat pada anak-anak dapat dideteksi melalui perubahan perilaku yang signifikan. “Anak-anak yang sebelumnya periang dan aktif bermain, tiba-tiba menjadi pendiam dan tertutup. Mereka sering kali menunjukkan ketakutan berlebihan, menangis terus-menerus, dan mengalami gangguan tidur,” jelas Arina.

Beberapa tanda fisik yang dapat dilihat termasuk gemetar, kejang-kejang, atau mengompol karena rasa takut. Selain itu, anak-anak mungkin enggan tidur karena ketakutan kehilangan anggota keluarga.

Dukungan internasional dan pentingnya bantuan psikososial

Arina juga menyoroti peran penting komunitas internasional dalam membantu anak-anak korban konflik di Gaza. Lembaga seperti UNICEF, Palang Merah, serta organisasi kesehatan mental berbasis Islam seperti Maristan berperan aktif dalam memberikan intervensi psikologis bagi anak-anak yang mengalami trauma.

“Dukungan psikososial bagi anak-anak di Gaza sangat penting, terutama dalam upaya pemulihan dan stabilisasi psikologis mereka. Konflik berkepanjangan ini memiliki dampak jangka panjang yang serius pada perkembangan mental mereka,” ungkapnya.

Bentuk dukungan paling efektif, menurut Arina, adalah penyebaran kesadaran global mengenai kondisi anak-anak Gaza, penyediaan panduan kesehatan mental, serta keterlibatan langsung para relawan konselor dan psikolog yang dapat memberikan intervensi di lapangan.

“Jangan pernah lelah untuk berbicara tentang kemerdekaan Palestina dan selalu kirimkan doa-doa bagi mereka,” pesannya.

Pizaro Idrus
Pizaro Idrus
Pengajar HI Universitas Al Azhar Indonesia, Mahasiswa PhD Hubungan Antarbangsa Universitas Sains Malaysia.
ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular