Puluhan anggota komunitas ultra-Ortodoks, atau Haredim, menggelar protes di Tel Aviv pada Kamis kemarin menentang wajib militer, menurut media Israel.
Para pengunjuk rasa berkumpul di depan kantor rekrutmen di Kiryat Ono, sebuah kota di distrik Tel Aviv, untuk menyuarakan penolakan mereka terhadap undang-undang draft militer Israel.
Dalam demonstrasi tersebut, mereka meneriakkan kata “Nazi” kepada polisi dan memblokir jalan utama, yang menyebabkan bentrokan di mana satu demonstran ditangkap, lapor penyiar publik Israel, KAN.
Protes ini muncul setelah Panglima Angkatan Darat Herzi Halevi baru-baru ini meminta peningkatan pendaftaran baik dari cadangan maupun angkatan reguler, menurut saluran berita Israel, Channel 12.
Haredim, yang membentuk sekitar 13% dari populasi Israel yang mencapai 10 juta, secara tradisional mengabdikan hidup mereka untuk studi Taurat di institusi keagamaan dan menghindari dinas militer, yang mereka anggap sebagai ancaman terhadap identitas religius mereka.
Selama beberapa dekade, mereka dikecualikan dari kewajiban militer, tetapi pada bulan Juli lalu, militer mulai mengeluarkan perintah draft untuk pria Haredi.
Angkatan bersenjata Israel menghadapi kekurangan tenaga kerja di tengah perang yang simultan di beberapa front, termasuk Gaza dan Lebanon.
Militer Israel telah melanjutkan serangan yang menghancurkan di Jalur Gaza sejak serangan Hamas tahun lalu, meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera. Lebih dari 43.160 orang telah tewas, sebagian besar adalah wanita dan anak-anak, dan lebih dari 101.500 lainnya terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.
Konflik ini juga meluas ke Lebanon dimana Israel meluncurkan serangan mematikan di seluruh negara tersebut dalam eskalasi dari setahun perang lintas perbatasan antara Israel dan kelompok tersebut sejak awal perang Gaza.