Perdana Menteri Lebanon, Najib Mikati, menegaskan pada Jumat (1/11) bahwa pernyataan dan indikasi diplomatik yang diterima Beirut mengonfirmasi penolakan Israel terhadap proposal gencatan senjata.
Israel, kata Mikati, justru bersikeras pada jalan kekerasan dan penghancuran, lansir Anadolu.
Pernyataan ini disampaikan Mikati dalam pertemuan dengan kepala Pasukan Sementara PBB di Lebanon (UNIFIL), Jenderal Arnaldo Lazaro, yang diadakan di Beirut.
Dalam keterangan resmi dari kantor Perdana Menteri, Mikati menekankan bahwa eskalasi terbaru oleh Israel merupakan indikasi jelas penolakannya terhadap semua upaya yang bertujuan mencapai gencatan senjata serta penerapan penuh Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 1701.
Pertemuan tersebut berlangsung di tengah saran-saran dari AS mengenai adanya suasana positif yang berpotensi mengarah pada kesepakatan untuk mengakhiri permusuhan di Lebanon.
Namun, Mikati mencatat bahwa upaya diplomatik serupa terkait situasi di Gaza tidak membuahkan hasil, sementara “kekejaman Israel semakin meningkat di kedua front.”
Pada bulan lalu, Israel meluncurkan kampanye udara besar-besaran di Lebanon dengan mengklaim menargetkan pos-pos Hizbullah, dalam eskalasi konflik yang telah berlangsung sepanjang tahun ini sejak dimulainya ofensif brutal Israel di Gaza.
Menurut otoritas kesehatan Lebanon, hampir 2.900 orang telah tewas dan lebih dari 13.000 orang terluka akibat serangan Israel sejak Oktober lalu. Israel juga memperluas konflik dengan melancarkan incursion ke Lebanon selatan pada 1 Oktober.