Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, kini menghadapi badai politik terbaru setelah penangkapan beberapa orang yang diduga terlibat dalam kebocoran dokumen rahasia dari kantornya, terkait sandera di Gaza, lansir The Guardian pada Ahad (3/11).
Pengadilan Israel mengumumkan penyelidikan bersama oleh kepolisian, layanan keamanan internal, dan militer mencurigai adanya pelanggaran keamanan nasional yang disebabkan oleh pemberian informasi rahasia secara ilegal.
Salah satu yang ditangkap merupakan juru bicara Netanyahu, Eli Feldstein.
Meskipun sebagian besar detail masih terikat pada perintah larangan publikasi, media Israel melaporkan bahwa tujuan perang yang dimaksud adalah pembebasan 101 sandera Israel yang masih ditahan oleh Hamas.
Para tersangka diduga membocorkan dokumen strategi Hamas yang ditemukan oleh tentara penjajah Israel di Gaza, lalu memanipulasi materi tersebut untuk menunjukkan bahwa Hamas berusaha menyelundupkan sandera ke Mesir, kemudian ke Iran atau Yaman.
Pada bulan September, Netanyahu menyebut klaim ini dalam wawancara dan konferensi pers untuk mendukung permintaan baru agar pasukan Israel tetap berada di perbatasan Gaza-Mesir, meskipun permintaan tersebut ditolak oleh Hamas sebagai syarat yang belum disepakati kedua belah pihak.
Netanyahu sering dituduh mengulur waktu dalam perjanjian untuk menghindari keruntuhan pemerintahan koalisinya.
Taktik itu juga diyakini sebagai cara Netanyahu menghindari tuntutan pidana terkait kasus penipuan, suap, dan pelanggaran kepercayaan yang diajukan pada tahun 2019.
Data yang memanipulasi materi dari Hamas itu kemudian muncul di outlet Inggris, The Jewish Chronicle, dan tabloid Jerman, Bild, yang kemudian banyak diangkat oleh media Israel.
Khawatir bahwa publikasi artikel-artikel tersebut dapat membahayakan upaya pengumpulan intelijen di Gaza, militer Israel meluncurkan penyelidikan terhadap kebocoran tersebut, mengumumkan bahwa mereka “tidak menyadari adanya dokumen semacam itu”.
The Jewish Chronicle kemudian menarik kembali berita tersebut dan memecat jurnalis yang menulisnya.
Pemimpin oposisi, Yair Lapid, menulis di X: “Kita memiliki musuh yang tangguh di luar, tetapi bahaya dari dalam dan di pusat pengambilan keputusan yang paling sensitif mengguncang dasar kepercayaan warga Israel dalam penanganan perang, dan dalam menangani isu-isu keamanan yang paling sensitif dan eksplosif.”