Menteri Pertahanan Israel yang baru saja dipecat, Yoav Gallant, membeberkan alasan di balik pemecatannya oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada Selasa (5/11).
Dalam konferensi pers yang digelar Selasa malam, Gallant tampil emosional saat menjelaskan alasan tersebut.
Ia mengungkapkan tiga alasan utama: pentingnya wajib militer bagi pria Yahudi Haredi, kebutuhan mendesak untuk memulangkan sandera dari Gaza, dan perlunya penyelidikan negara terhadap serangan Hamas pada 7 Oktober lalu, lansir Times of Israel.
Terkait wajib militer bagi pria Haredi, Gallant menyatakan bahwa masalah ini bukan hanya masalah sosial, tetapi juga masalah yang sangat krusial bagi eksistensi Israel dan keselamatan Israel.
Menurutnya, semua warga Israel harus terlibat dalam tugas mempertahankan negara.
Gallant juga mengkritik undang-undang yang memfasilitasi pengecualian militer bagi pria Haredi, yang tengah didorong oleh partai Haredi, seperti United Torah Judaism dan Shas.
Undang-undang ini dianggap Gallant diskriminatif dan korup, serta tidak boleh disahkan, setelah Mahkamah Agung Israel memutuskan bahwa tidak ada lagi dasar hukum untuk pengecualian tersebut.
Pada bagian kedua pernyataannya, Gallant menekankan perlunya perjanjian untuk memulangkan 101 sandera yang masih ditahan Hamas di Gaza.
“Siapa pun yang tewas di antara sandera tidak akan pernah bisa dikembalikan. Tidak ada pengampunan bagi mereka yang meninggalkan sandera,” ucapnya seraya meminta Israel melakukan negosiasi dengan Hamas untuk membebaskan sandera.
Di akhir pernyataannya, ia memperingatkan adanya “kegelapan moral” yang mengelilingi negara, tanpa menyebutkan nama Netanyahu.
Sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, Israel telah melancarkan serangan besar-besaran di Gaza, yang menyebabkan hampir 43.400 orang tewas dan menghancurkan wilayah tersebut hingga hampir tidak dapat dihuni lagi.
Saat ini, Israel menghadapi tuntutan genosida di Pengadilan Internasional terkait tindakannya di Gaza yang terkepung.