Tuesday, April 1, 2025
HomeBeritaAkademi Oscar minta maaf atas diamnya terhadap serangan sutradara Palestina Hamdan Ballal

Akademi Oscar minta maaf atas diamnya terhadap serangan sutradara Palestina Hamdan Ballal

Akademi Oscar secara resmi meminta maaf setelah menerima kritik tajam karena mengabaikan dukungan terhadap sutradara Palestina Hamdan Ballal, pemenang Oscar untuk film No Other Land, yang baru-baru ini ditahan oleh pasukan Israel.

Akademi menyatakan penyesalannya dan menegaskan kecamannya terhadap kekerasan terhadap seniman serta komitmennya untuk membela kebebasan berekspresi.

Dalam pernyataan yang dikirim oleh CEO Akademi, Bill Kramer, dan Presiden Janet Yang, mereka meminta maaf atas pernyataan yang dikeluarkan pada Rabu lalu, yang tidak menyebutkan Hamdan Bilal, sutradara No Other Land.

“Kami dengan tulus meminta maaf kepada Tuan Bilal dan semua seniman yang merasa tidak didukung oleh pernyataan kami sebelumnya. Kami ingin menegaskan dengan jelas bahwa Akademi mengecam segala bentuk kekerasan di mana pun di dunia dan menolak penindasan terhadap kebebasan berekspresi dalam kondisi apa pun,” katanya.

Surat protes dari para bintang Hollywood

Sekitar 700 anggota Akademi, termasuk bintang ternama seperti Joaquin Phoenix, Riz Ahmed, Penélope Cruz, Emma Thompson, Mark Ruffalo, Olivia Colman, dan Richard Gere, menandatangani surat protes yang mengecam diamnya Akademi dan kegagalannya secara langsung menyebut nama Hamdan Bilal serta film dokumenternya.

Surat tersebut juga ditandatangani oleh pembuat film dokumenter terkenal seperti Alex Gibney dan Errol Morris, serta sutradara ternama seperti Ava DuVernay dan Adam McKay.

Para penandatangan mengecam pernyataan pertama Akademi, yang berjudul “Komunitas Sinema Global Kami”, yang dikeluarkan pada 26 Maret lalu.

Mereka menilai pernyataan itu kurang memadai dan hanya tanggapan formal terhadap penahanan Bilal.

Sikap Akademi ini mendorong para bintang dan pembuat film untuk mengeluarkan pernyataan khusus yang mengekspresikan keberatan mereka.

Ia menegaskan pentingnya akuntabilitas dan transparansi dalam situasi seperti ini.

Surat tersebut secara tegas mengutuk serangan terhadap Bilal dan penahanannya secara ilegal oleh pemukim serta pasukan Israel di Tepi Barat.

Mereka menyoroti bahwa pembuat film dokumenter sering menghadapi risiko besar dalam mengungkap kebenaran kepada dunia.

Surat itu juga menyatakan keheranan bahwa Akademi merayakan kemenangan film ini dengan penghargaan bergengsi. Namun gagal membela sutradaranya hanya beberapa minggu kemudian.

Para penandatangan menekankan bahwa kemenangan film ini di Oscar—meskipun tanpa distribusi luas atau kampanye pemasaran besar—mencerminkan kekuatan dan dampaknya terhadap anggota Akademi yang memberikan suara.

Mereka menegaskan bahwa serangan terhadap Bilal bukan hanya serangan terhadap dirinya secara pribadi, tetapi juga terhadap siapa saja yang berupaya mengungkap kebenaran yang tidak nyaman.

Di akhir surat, para penandatangan menegaskan komitmen mereka untuk terus memantau kondisi tim film No Other Land.

Mereka menyatakan bahwa kemenangan di Oscar tidak hanya membawa penghargaan tetapi juga menempatkan mereka dalam bahaya.

Mereka tidak akan ragu untuk mengambil sikap tegas ketika keselamatan para seniman terancam.

Surat ini mendapat dukungan luas dari organisasi perfilman internasional serta anggota terkemuka Akademi dari berbagai divisi, yang semakin memperkuat bobotnya.

Dalam konteks ini, sutradara Yovqal Abraham, rekan sutradara No Other Land, mengkritik keras Akademi melalui unggahan di platform X (Twitter).

Ia menyatakan kekecewaannya atas kegagalan Akademi dalam mendukung Bilal setelah serangan dan penahanannya oleh Israel.

Abraham mengungkapkan bahwa beberapa anggota Akademi, khususnya di divisi film dokumenter, telah berusaha mendorong pernyataan solidaritas, tetapi upaya mereka ditolak.

Menurut Abraham, Akademi berdalih bahwa serangan tersebut tidak secara eksklusif menargetkan Bilal, melainkan juga warga Palestina lainnya dalam serangan pemukim.

Sehingga insiden itu—menurut interpretasi mereka—tidak secara langsung terkait dengan film dan oleh karena itu tidak memerlukan pernyataan resmi.

Namun, Abraham menegaskan bahwa Bilal jelas menjadi target karena keterlibatannya dalam film serta identitasnya sebagai seorang Palestina.

Ia menyoroti bahwa ini mencerminkan penderitaan sehari-hari yang dialami banyak warga Palestina tanpa mendapatkan perhatian internasional yang cukup.

Ia juga mengkritik Akademi karena menggunakan alasan ini sebagai dalih untuk tetap diam. Padahal seharusnya mereka bersikap tegas dalam mendukung seorang seniman yang mereka beri penghargaan, yang hidup dalam kondisi represif di bawah pendudukan.

Sutradara Palestina Hamdan Bilal mengalami serangan brutal oleh pemukim Israel sebelum akhirnya ditahan oleh tentara Israel. Ia baru dibebaskan setelah ditahan selama 24 jam.

Dalam wawancara dari ranjang rumah sakit dengan jaringan ABC News, Bilal menceritakan detail serangan tersebut, yang berlangsung sekitar 20 menit.

“Saya berdarah di seluruh tubuh saya, dan rasa sakitnya tidak tertahankan,” kata Bilal.

Ia juga membantah tuduhan bahwa ia melempar batu, serta mengungkapkan bahwa para tentara mengejeknya saat ia ditahan. Mereka menertawakan kemenangan Oscar yang baru saja ia raih.

Film No Other Land, yang disutradarai oleh Hamdan Bilal bersama Yovqal Abraham dan lainnya, memenangkan Oscar 2025 untuk kategori film dokumenter terbaik.

Film ini mendokumentasikan perjuangan komunitas Palestina di Tepi Barat dalam menghadapi pengusiran paksa.

Sejak pemutaran perdananya di Berlinale 2023, film ini mendapat pujian luas dan memenangkan penghargaan Juri dan Penghargaan Penonton.

Meskipun mendapat pengakuan kritis yang tinggi, film ini menghadapi tantangan besar dalam distribusi, yang membuat para pembuatnya harus merilisnya secara mandiri di Amerika Serikat (AS).

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular