Thursday, October 16, 2025
HomeBeritaAnalis: Abu Ubaidah diduga luka parah, belum ada bukti tewas

Analis: Abu Ubaidah diduga luka parah, belum ada bukti tewas

Pakar urusan militer, Nidal Abu Zaid, meragukan klaim resmi Israel terkait tewasnya juru bicara Brigade Qassam, sayap militer Hamas, Abu Obaida. Menurutnya, kemungkinan besar Abu Obaida mengalami luka parah, namun belum dapat dipastikan bahwa ia meninggal dunia.

Dalam wawancara dengan program Nabd Al Balad di saluran televisi Roya, Abu Zaid mengungkapkan bahwa kesimpulannya didasarkan pada sejumlah indikator penting, terutama tidak adanya pernyataan dari badan intelijen Israel, Shin Bet, mengenai keberadaan jenazah Abu Obaida.

“Biasanya, dalam operasi seperti ini, Shin Bet akan langsung mengumumkan keberhasilan termasuk bukti jenazah. Ketidakhadiran informasi itu menjadi sinyal penting,” ujarnya.

Abu Zaid menambahkan, kredibilitas informasi dari pihak Israel dipertanyakan karena pengumuman mengenai tewasnya Abu Obaida tidak diikuti dengan konfirmasi visual atau fisik jenazah di lokasi operasi, yang lazimnya menjadi prosedur standar dalam operasi penargetan tokoh penting.

“Karena itu, ada kemungkinan besar bahwa Abu Obaida tidak tewas, melainkan mengalami luka serius,” ujarnya.

Ia menilai bahwa ketidakterkonfirmasian ini merupakan penyimpangan dari pola umum operasi presisi yang selama ini dilakukan oleh intelijen Israel.

Pukulan Ganda bagi Israel

Abu Zaid juga menyebut bahwa jika benar Abu Obaida masih hidup, maka ini akan menjadi pukulan kedua bagi Israel dalam waktu kurang dari 24 jam, merujuk pada kemungkinan kegagalan beruntun dalam operasi intelijen. Hal ini, menurutnya, menunjukkan efektivitas strategi perlindungan dan pergerakan yang dilakukan kelompok perlawanan.

“Ini membuktikan bahwa perlawanan memiliki fleksibilitas tinggi dan mampu menjaga keberadaan figur simbolik mereka, bahkan di tengah tekanan besar,” katanya.

Meski mengakui pentingnya figur Abu Obaida dalam perlawanan Palestina, Abu Zaid menegaskan bahwa kekuatan perlawanan tidak bertumpu pada satu individu semata.

“Perlawanan tidak bergantung hanya pada Abu Obaida, Al-Dhief, ataupun Sinwar. Ini adalah gerakan yang terorganisasi, dengan strategi dan daya tahan yang tinggi,” ujarnya.

Ia mencatat bahwa operasi perlawanan terus berlangsung selama lebih dari 730 hari, bahkan tanpa kehadiran para tokoh simbolik di garis depan. Hal ini, menurutnya, menegaskan bahwa kekuatan utama gerakan terletak pada organisasi, disiplin intelijen, dan adaptasi di medan konflik.

Abu Zaid menyimpulkan bahwa berbagai indikator ini menunjukkan adanya kegagalan berlapis dari lembaga keamanan Israel dalam menghadapi perlawanan, dan menekankan pentingnya untuk tidak langsung menerima narasi resmi tanpa verifikasi dari kondisi di lapangan.

Pizaro Idrus
Pizaro Idrus
Kandidat PhD bidang Hubungan Internasional Universitas Sains Malaysia. Peneliti Asia Middle East Center for Research and Dialogue
ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Terpopuler