Sunday, June 8, 2025
HomeBeritaAnalis: Inilah kartu tekanan Arab untuk hentikan perang Gaza

Analis: Inilah kartu tekanan Arab untuk hentikan perang Gaza

Di tengah meningkatnya penderitaan di Jalur Gaza akibat perang yang terus berkecamuk sejak Oktober 2023, pertanyaan besar menggema dari berbagai penjuru dunia Arab.

Di mana posisi negara-negara Arab dalam menghadapi apa yang disebut sebagai perang pemusnahan terhadap warga Palestina?

Para analis menyoroti bahwa hingga kini banyak keputusan dan rekomendasi dari pertemuan puncak Liga Arab tidak diimplementasikan, sementara warga Gaza terus menderita di bawah blokade dan serangan.

Pertanyaan ini muncul bersamaan dengan keberangkatan kapal kemanusiaan “Madelene”.

Kapal itu membawa aktivis internasional dengan tujuan memecah blokade atas Gaza. Sebuah aksi yang dikontraskan dengan minimnya pergerakan nyata dari negara-negara Arab.

Di mana Arab?

Mantan Presiden Tunisia Moncef Marzouki menyampaikan dalam program “Masar al-Ahdats” bahwa Israel kini tidak lagi memperhitungkan peran Mesir secara politik, militer, maupun regional.

Ia mendesak Kairo untuk menghitung ulang langkahnya.

“Apa yang dilakukan Israel di Gaza menyentuh langsung keamanan nasional Mesir,” katanya.

Ia juga menyerukan agar pemerintah Mesir membuka diri terhadap gerakan solidaritas rakyat Arab yang diprediksi akan semakin besar.

Menurut Marzouki, strategi Israel saat ini adalah mendorong warga Gaza menuju selatan, membuat mereka kelaparan, lalu memaksa mereka menyeberangi perbatasan ke Mesir.

Ia memperingatkan bahwa kegagalan negara-negara Arab dalam merespons hal ini bisa berujung pada krisis regional yang lebih luas.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Inisiatif Nasional Palestina, Mustafa Barghouti, menyoroti lemahnya implementasi keputusan-keputusan KTT Arab.

“Tidak ada sanksi yang dijatuhkan kepada Israel, tidak ada pemutusan hubungan, bahkan bantuan kemanusiaan pun belum benar-benar mengalir ke Gaza,” tegasnya.

UNICEF sebelumnya juga telah mengeluarkan peringatan bahwa blokade Israel telah mendorong Gaza ke ambang kelaparan.

Anak-anak, sebut badan itu, tengah memasuki “fase gizi yang mematikan”. Saat ini disebut sebagai periode terburuk sepanjang sejarah bagi perempuan dan anak-anak di wilayah tersebut.

Peneliti dan aktivis kemanusiaan Utsman al-Samadi menambahkan bahwa apa yang terjadi di Gaza adalah bukti bahwa kemanusiaan sedang dicabut nyawanya di depan mata dunia.

Ia menyatakan bahwa tidak ada alasan yang membenarkan keheningan negara-negara Arab dan Islam dalam membela rakyat Gaza.

Menurutnya, rezim-rezim Arab telah mematikan kehidupan politik dan menakut-nakuti rakyatnya agar tidak bergerak.

“Rakyat Arab tidak lagi diberi ruang untuk bergerak demi Gaza. Ketakutan terhadap kemarahan rakyat lebih besar daripada kepedulian terhadap Palestina,” ujar al-Samadi.

Apa yang bisa dilakukan?

Marzouki menekankan bahwa ketakutan negara-negara Arab terhadap Washington dan Tel Aviv justru lebih besar ketimbang rasa tanggung jawab kepada rakyatnya.

Ia menyerukan agar masyarakat sipil Arab kembali memenuhi jalan-jalan sebagai bentuk tekanan terhadap para pemimpin mereka.

Barghouti menambahkan bahwa para aktivis internasional yang saat ini berada di atas kapal-kapal bantuan mengambil risiko besar demi menunjukkan kepedulian dunia terhadap Gaza.

“Mereka adalah suara hati nurani kemanusiaan,” ujarnya.

Ia menegaskan bahwa Arab harus menyampaikan pesan keras kepada Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump.

Bahwa kepentingan dan investasi AS di kawasan akan tergantung pada penghentian perang terhadap Gaza.

Selain itu, Barghouti menyerukan pengiriman bantuan kemanusiaan secara terbuka dan resmi atas nama negara-negara Arab dan Islam.

“Diam terhadap pembantaian ini lebih menyakitkan daripada kelaparan itu sendiri,” tandasnya.

Di sisi lain, al-Samadi meminta agar pemerintah-pemerintah Arab memberi izin kepada rakyatnya untuk turun ke jalan demi menekan AS dan Israel.

Ia memperingatkan bahwa jika tidak ada langkah nyata, kekuatan militer Israel akan terus meluas di kawasan.

Sejak 7 Oktober 2023, Israel telah melancarkan kampanye militer besar-besaran terhadap Gaza.

Menurut catatan lembaga internasional dan Palestina, perang ini telah menewaskan lebih dari 54.000 orang dan melukai lebih dari 125.000 lainnya.

Hampir seluruh warga Gaza kehilangan tempat tinggalnya, dan tingkat kerusakan yang terjadi digambarkan sebagai yang terburuk sejak Perang Dunia II.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular