Monday, June 30, 2025
HomeBeritaAnalis militer: Perlawanan di Gaza unggul dan bingungkan tentara Israel

Analis militer: Perlawanan di Gaza unggul dan bingungkan tentara Israel

Perlawanan bersenjata di Jalur Gaza dinilai semakin unggul di medan tempur dan berhasil mengguncang barisan militer Israel.

Hal ini disampaikan akademisi dan analis militer-strategis, Ahmad al-Sharifi, yang menegaskan bahwa front pertempuran di Gaza kini terbuka lebar, dengan tekanan intens yang dirasakan pasukan Israel, baik di Gaza maupun di Tepi Barat.

Dalam beberapa hari terakhir, faksi-faksi perlawanan Palestina melancarkan sejumlah serangan terhadap pasukan dan kendaraan militer Israel.

Sayap militer Hamas, Brigade Izzuddin al-Qassam, melaporkan bahwa para pejuangnya di timur Khan Younis, Gaza selatan, telah menyerang empat alat berat militer Israel menggunakan roket antitank “Yasin 105”.

Serangan itu diklaim menewaskan dan melukai sejumlah tentara Israel.

Sementara itu, Brigade al-Quds—sayap militer Jihad Islam—juga mengumumkan rangkaian serangan terhadap pasukan Israel di berbagai titik di Gaza.

Dalam analisisnya, Al-Sharifi menilai bahwa perlawanan Palestina menunjukkan keunggulan taktis meski hanya menggunakan senjata sederhana.

Ia menyebut bahwa kebingungan militer Israel disebabkan oleh kegagalan dalam menentukan tujuan strategis yang realistis sejak awal agresi.

“Ketidaktepatan tujuan itu kemudian berdampak langsung ke ranah militer, politik, bahkan ke dalam negeri Israel sendiri,” ujarnya.

Menurut Al-Sharifi, intensitas serangan perlawanan yang berfokus di wilayah Khan Younis menunjukkan upaya untuk memperluas medan tempur.

Ia menjelaskan bahwa taktik perlawanan kini terbagi menjadi 2 pendekatan.

Yaitu menyerang infanteri Israel dengan mortir dan menyerang kendaraan lapis baja dengan peluru kendali “Yasin 105”—yang diklaim sebagai versi pengembangan dari senjata RPG.

Ia juga memperkirakan bahwa situasi di Gaza akan memasuki fase baru dalam waktu dekat.

“Netanyahu, yang kini diburu oleh Mahkamah Pidana Internasional, mungkin terpaksa mencari opsi baru. Atau, tekanan dari publik Israel sendiri akan meningkat, memaksanya menghentikan perang dan menyetujui jalan menuju penyelesaian politik,” katanya.

Dalam konteks ini, Al-Sharifi membuka kemungkinan intervensi langsung Amerika Serikat (AS), baik atas inisiatif sendiri maupun atas permintaan dari Netanyahu.

Sebelumnya, dalam konferensi pers pada Jumat lalu, Presiden AS, Donald Trump menyatakan keyakinannya bahwa gencatan senjata antara Israel dan perlawanan Palestina dapat tercapai dalam waktu sepekan.

Sementara itu, keluarga sandera Israel yang ditahan di Gaza menggelar aksi protes di Yerusalem dan Tel Aviv, mendesak Presiden Trump agar turut campur tangan untuk menghentikan perang dan membawa pulang para tawanan.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular