Wednesday, July 16, 2025
HomeBeritaANALISIS - Akankah pemerintah Suriah jaga keamanan di Sweida dan satukan...

ANALISIS – Akankah pemerintah Suriah jaga keamanan di Sweida dan satukan Druze?

Situasi keamanan di provinsi Sweida, Suriah selatan, kembali memanas menyusul bentrokan yang terjadi antara pasukan keamanan pemerintah dan kelompok bersenjata yang dituduh memberontak oleh Damaskus. Insiden ini terjadi di tengah serangan udara Israel ke wilayah Suriah dengan dalih melindungi komunitas Druze.

Meskipun Kementerian Pertahanan Suriah mengumumkan telah mencapai kesepakatan gencatan senjata dengan para tokoh masyarakat di provinsi ini, bentrokan dilaporkan kembali pecah di sejumlah kawasan kota Sweida, demikian disampaikan wartawan Al Jazeera yang berada di lokasi.

Menurut pengamat, termasuk akademisi dan politikus Jamil Darwish saat tampil di program “Ma Wara’ al-Khabar”, eskalasi ini disebabkan oleh tidak adanya mekanisme pelaksanaan kesepakatan dan lemahnya otoritas negara. “Terjadi sejumlah pelanggaran di lapangan yang memicu kemarahan warga Sweida dan merusak kepercayaan antara pemerintah dan masyarakat,” ujarnya.

Awal Konflik dan Respons Pemerintah

Kerusuhan dipicu oleh bentrokan antara milisi Druze dan kelompok Bedouin sejak Ahad. Insiden itu menyebabkan sejumlah korban tewas dan luka-luka, memaksa pemerintah mengerahkan pasukan tentara dan kepolisian dalam upaya menstabilkan situasi.

Setelah rezim Bashar al-Assad runtuh, Sweida tidak pernah memiliki satu suara politik tunggal. Menurut Darwish, terjadi pembelahan dalam komunitas Druze—antara yang mendukung pendekatan integrasi dengan negara dan mereka yang menuntut desentralisasi. Sementara beberapa pihak memilih jalur jalan tengah, yang menginginkan dialog dan peran dalam pemerintahan baru.

Sebagian suara menyarankan agar pemerintah mendengar dan merangkul kelompok yang merasa terpinggirkan—seperti yang disampaikan oleh peneliti politik Dr. Abdul Mun’im Zaidin. Ia menilai bahwa penolakan terhadap usulan kewenangan lokal dan keterlibatan negara secara proporsional menyebabkan terjadinya kekosongan pemerintahan yang kemudian memicu konflik.

Serangan Israel dan peran politik eksternal

Meski pemerintah Suriah mengambil langkah simbolis menarik kendaraan berat dan menyerahkan kendali ke aparat keamanan lokal, Israel justru meningkatkan serangan udara ke Sweida dan Daraa atas perintah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Israel, Yisrael Katz.

Mereka beralasan bahwa kehadiran senjata di Sweida melanggar kebijakan pelucutan senjata dan menegaskan komitmen Israel untuk melindungi komunitas Druze—yang disebut dalam konteks “persaudaraan” dengan Druze Israel.

Beberapa analis, termasuk peneliti senior Pusat Studi Al Jazeera Dr. Liqa Makki, menduga Israel terlibat dalam konflik ini. Menurutnya, Tel Aviv kemungkinan sengaja memicu kekacauan di Sweida untuk menekan pemerintah baru Damaskus agar menerima syarat tertentu, seperti normalisasi hubungan dan tindakan militer terhadap Hezbollah di Lebanon.

Upaya integrasi regional dan implikasi politik

Misi pemisahan wilayah untuk membentuk entitas Druze mandiri yang dipromosikan Israel kini terhambat. Proses ini melemah setelah munculnya upaya diplomasi Suriah–Amerika Serikat dan pertemuan Presiden Ahmad al-Sharaa dengan Presiden AS Donald Trump di Riyadh, yang turut menandakan keinginan pencabutan sanksi terhadap Suriah.

Pizaro Idrus
Pizaro Idrus
Kandidat PhD bidang Hubungan Internasional Universitas Sains Malaysia. Peneliti Asia Middle East Center for Research and Dialogue
ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular