Thursday, August 21, 2025
HomeBeritaANALISIS - Netanyahu terpojok, serangan Hamas picu krisis legitimasi politik di Israel

ANALISIS – Netanyahu terpojok, serangan Hamas picu krisis legitimasi politik di Israel

Militer Israel segera mengeluarkan pernyataan menenangkan publik setelah sebuah serangan berskala besar dilancarkan oleh pejuang Hamas.

Serangan itu dilancarkan terhadap pasukan dan kendaraan militer di sebuah pos baru Israel, yang didirikan di sebelah tenggara Khan Younis, Jalur Gaza bagian selatan.

Tindakan cepat juru bicara militer ini mencuri perhatian, mengingat serangan itu mengejutkan publik Israel.

Bukan hanya karena skala, melainkan juga karena tingkat koordinasi dan kemampuan tempur yang diperlihatkan oleh Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas.

“Ini menunjukkan adanya organisasi yang sangat teratur serta kesiapan melakukan operasi militer yang kompleks,” ujar pengamat urusan Israel, Muhannad Mustafa, dalam program Masar al-Ahdath.

Menurut Mustafa, Hamas terbukti mampu menyesuaikan strategi dengan kondisi lapangan.

Sementara itu, militer Israel berusaha menutupi berbagai kegagalannya, terutama di saat publik dalam negeri tengah memperdebatkan bukan lagi soal efektivitas operasi militer di Gaza, melainkan legitimasi politiknya.

Seorang juru bicara militer Israel mengakui, sekitar 15 pejuang Palestina menyerang pasukan Israel di Khan Younis menggunakan senapan otomatis dan roket antitank.

“Kami melihat mereka keluar dari terowongan dan langsung menindak,” katanya.

Ia juga menegaskan bahwa militer kini memiliki “kendali hampir penuh” atas Jalur Gaza.

Namun, pernyataan itu dibarengi dengan pengakuan bahwa penyelidikan internal sedang dilakukan untuk memahami bagaimana serangan tersebut bisa terjadi.

Pukulan bagi Israel

Bagi Israel, operasi ini merupakan pukulan telak. Analis militer Elias Hanna menilai serangan Hamas mengguncang strategi militer Israel yang bertumpu pada pengosongan penduduk Gaza ke wilayah selatan dan pembangunan “kota kemanusiaan” dengan rumah sakit lapangan.

“Selain itu, serangan juga menghantam kebijakan Israel meratakan wilayah Gaza agar tidak bisa digunakan sebagai tempat perlindungan para pejuang,” ujarnya.

Israel, menurut Hanna, ingin segera memberi kesan bahwa serangan itu tidak akan mengganggu operasi besar “Arava Gedon II” untuk menguasai Kota Gaza.

Namun, fakta di lapangan menunjukkan ancaman serupa dapat muncul di titik mana pun.

Hamas, lanjut Hanna, kini menerapkan strategi pertahanan jangka panjang, sambil melakukan serangan taktis bila ada “sasaran berharga”.

Perang perkotaan yang dijalankan Hamas, dengan pertarungan jarak sangat dekat, disebut belum pernah disaksikan dalam sejarah modern.

Mantan pejabat komunikasi Gedung Putih, Michael Fiebel, bahkan menyebut operasi Hamas kali ini sebagai “serangan keras dan mematikan” yang menunjukkan betapa sulitnya Israel benar-benar menaklukkan Gaza.

“Pasukan Israel tetap rentan terhadap ancaman pembunuhan dan penawanan,” katanya.

Ia menambahkan, serangan semacam ini akan semakin mempersulit negosiasi gencatan senjata maupun pertukaran tawanan.

Koran Maariv melaporkan, Brigade Khan Younis milik Hamas kini menerapkan taktik perang gerilya yang efektif, bahkan setelah mempelajari secara detail pola kerja militer Israel.

Laporan itu menyebut, para pejuang Hamas menyiapkan penyergapan setiap hari dengan sasaran utama perwira dan komandan lapangan.

Sumber militer Israel yang dikutip media tersebut mengakui, kelompok pejuang di Khan Younis memiliki kompetensi tinggi dan menjadi tantangan serius. Upaya memburu mereka pun digambarkan sebagai “sulit dan rumit”.

Sementara itu, laman Walla mengungkap bahwa serangan Hamas di Khan Younis sebenarnya bukan yang pertama.

Dua hari sebelumnya, delapan pejuang dilaporkan mencoba menculik prajurit Israel di Beit Hanoun, Gaza utara, meski insiden itu tidak dipublikasikan.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular