Anggota Knesset Israel dari partai Otzma Yehudit, Limor Son Har-Melech, membela dengan tegas rancangan undang-undang yang ia ajukan untuk memberlakukan hukuman mati bagi mereka yang disebutnya sebagai “teroris.” Dalam pernyataannya, Son Har-Melech menegaskan keyakinannya bahwa “tidak ada yang namanya teroris Yahudi.”
RUU tersebut diajukan dengan dukungan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Son Har-Melech menyatakan bahwa aturan itu hanya akan diterapkan pada pihak-pihak yang “merugikan Negara Israel.” Ketika ditanya apakah undang-undang itu juga berlaku bagi pelaku kekerasan dari kalangan Yahudi, ia menjawab, “Jika memang ada Yahudi seperti itu, maka ya. Tapi tidak ada yang namanya teroris Yahudi.”
Menurutnya, hukuman mati akan mencegah pelaku kekerasan kembali melakukan aksi serupa. “Teroris yang mati adalah teroris yang tidak akan kembali ke lingkaran teror,” ujarnya.
Pada tahun 2023, Son Har-Melech pernah menyebut Amiram Ben-Uliel — pemukim Israel yang dihukum karena pembakaran rumah keluarga Dawabsheh di Desa Duma pada 2015 — sebagai “orang suci yang saleh.”
Ben-Uliel divonis tiga hukuman penjara seumur hidup atas pembunuhan, pembakaran, dan percobaan pembunuhan dalam serangan yang menewaskan tiga anggota keluarga Palestina, termasuk seorang balita berusia 18 bulan. Serangan itu secara luas dikutuk sebagai kejahatan kebencian, dengan hanya seorang anak berusia empat tahun yang selamat.
Son Har-Melech juga menanggapi skandal di fasilitas penahanan Sde Teiman, tempat tahanan asal Gaza ditahan sejak serangan 7 Oktober 2023.
Pada Juli 2024, sebuah video bocor memperlihatkan tentara Israel diduga melakukan kekerasan seksual terhadap seorang tahanan, memicu dakwaan terhadap lima tentara cadangan pada Februari 2025. Mereka dituduh melakukan penganiayaan berat, termasuk menyebabkan patah tulang rusuk.
Son Har-Melech mengecam Jaksa Militer Yifat Tomer-Yerushalmi, yang saat ini ditahan untuk penyelidikan terkait kebocoran video tersebut. Ia menuduh Tomer-Yerushalmi telah “menyudutkan” tentara Israel dan menggambarkan mereka sebagai “pemerkosa dan tidak bermoral,” seraya mengklaim bahwa rekaman tersebut “tidak menunjukkan kekerasan sebenarnya.”
Son Har-Melech juga menyatakan penentangan keras terhadap rencana perdamaian Gaza yang diusulkan Amerika Serikat di bawah pemerintahan Donald Trump. Rancangan resolusi yang baru diajukan ke Dewan Keamanan PBB itu menyerukan pembentukan pasukan internasional untuk menjaga keamanan dan melakukan demiliterisasi di Gaza selama dua tahun.
Meski mengakui perbedaan pandangan dengan Trump, Son Har-Melech menilai rencana tersebut mengancam kedaulatan Israel. “Upaya ini bertujuan mengontrol kita dan tindakan kita — dan sayangnya, kita membiarkannya,” ujarnya.
Ia juga mengusulkan “emigrasi” warga Palestina dari Gaza, dengan menyebut situasi itu sebagai “antara kita atau mereka.”


