Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, pada Senin (15/9/2025), menyerukan penghentian penuh hubungan diplomatik dan perdagangan dengan Israel. Seruan itu disampaikan dalam pidatonya di KTT Luar Biasa Negara-Negara Arab dan Islam di Doha, Qatar, sebagai bentuk tanggapan atas serangan udara Israel ke ibu kota Qatar pekan lalu.
Anwar mengecam serangan tersebut sebagai “provokasi sembrono” yang membahayakan stabilitas dan keamanan regional. “Kami mengecam serangan udara Israel ke Doha dengan istilah yang paling keras dan tanpa pengecualian,” ujarnya.
Anwar menegaskan bahwa kecaman dan pernyataan politik saja tidak cukup untuk menghentikan agresi Israel. “Kecaman tidak akan menghentikan rudal. Pernyataan tidak akan membebaskan Palestina. Harus ada tindakan hukuman yang berat,” katanya.
Ia menutup dengan seruan tegas: “Hubungan diplomatik harus dihentikan, begitu pula hubungan dagang.”
Dalam pidatonya, Anwar juga menyerukan dukungan terhadap Global Sumud Flotilla, sebuah misi kemanusiaan yang ditujukan untuk membawa bantuan ke Gaza melalui laut. “Ini adalah misi kemanusiaan. Kita harus melakukan segala daya upaya agar flotilla ini mencapai pantainya,” kata Anwar.
Anwar menggambarkan kondisi Gaza sebagai bencana kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
“Gaza terus dihancurkan di depan mata kita. Warga sipil kehilangan nyawa, keluarga dilenyapkan, rumah sakit hancur, dan anak-anak dikubur di bawah reruntuhan,” ujarnya.
Ia menuduh Israel telah secara terang-terangan menolak hak rakyat Palestina untuk menentukan nasib sendiri.
“Israel telah menyatakan bahwa tidak akan pernah ada negara Palestina. Ini adalah deklarasi apartheid permanen,” kata Anwar.
Menurutnya, pernyataan itu merupakan bentuk penolakan atas seluruh resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa dan prinsip-prinsip hukum internasional.