Amerika Serikat saat ini memimpin negosiasi baru terkait pertukaran tahanan antara Israel dan Hamas di Gaza, dengan bantuan Qatar dan Mesir. Hal ini diungkapkan surat kabar Yedioth Ahronoth, seperti dikutip Aljazeera Arabic kemarin (1/12).
Laporan Yediot juga menyebutkan, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, telah memulai konsultasi terbatas mengenai isu ini dengan para menteri serta tim negosiasi.
Media penyiaran Israel, Kan, melaporkan, Netanyahu memimpin pertemuan keamanan untuk mengevaluasi peluang melanjutkan negosiasi pertukaran tahanan.
Sementara ada kemajuan dalam diskusi, laporan tersebut menyebutkan belum ada terobosan besar. Israel menganggap keinginan Hamas mendapat jaminan penghentian perang sepenuhnya sebagai kendala utama.
Sumber dari Axios mengungkapkan, seorang utusan Israel akan berangkat ke AS untuk mengadakan pembicaraan dengan pemerintahan Presiden Joe Biden yang akan segera berakhir, serta penasihat presiden terpilih Donald Trump. Pertemuan tersebut akan membahas perang di Gaza, negosiasi pertukaran tahanan, dan isu Iran.
Presiden Israel, Isaac Herzog, dalam pernyataan pada Minggu (26/11), menyebutkan “negosiasi sedang berlangsung di balik layar untuk memulangkan tahanan dari Gaza.”
Herzog juga menilai bahwa “ini adalah momen penting yang dapat menciptakan perubahan besar.” Ia menyampaikan hal tersebut dalam pertemuan dengan keluarga tahanan Adan Alexander, yang videonya dirilis Hamas sehari sebelumnya.
Di sisi lain, Menteri Luar Negeri Israel, Gideon Sa’ar, menyebut ada tanda-tanda kemajuan dalam negosiasi dengan Hamas.
Ia mengatakan, “Hamas tampaknya lebih fleksibel dalam situasi saat ini,” merujuk pada kesepakatan gencatan senjata antara Hizbullah dan Israel di Lebanon.
Namun, Penasihat Keamanan Nasional AS, Jake Sullivan, mengingatkan bahwa meskipun kesepakatan terkait Gaza “semakin memungkinkan,” tidak ada yang dapat memastikan kapan kesepakatan tersebut akan tercapai.
Sementara itu, sumber militer Israel memperingatkan krisis pangan di Gaza dapat membahayakan nyawa tahanan Israel yang ditahan oleh Hamas.
Menurut laporan Channel 13, krisis tersebut juga menyebabkan kelaparan bagi para tahanan.
Hamas mengklaim bahwa puluhan tahanan Israel telah tewas akibat serangan udara Israel yang tidak terarah, sementara Israel memperkirakan ada 101 tahanan yang masih ditahan di Gaza.
Serangan brutal Israel di Gaza, yang didukung oleh AS sejak 7 Oktober 2023, telah menyebabkan lebih dari 149.000 korban tewas dan terluka, mayoritas adalah anak-anak dan perempuan.
Lebih dari 10.000 orang dilaporkan hilang, dengan kehancuran masif dan krisis kemanusiaan yang memicu kelaparan hingga menewaskan puluhan anak-anak dan orang tua. Dunia menyebutnya sebagai salah satu bencana kemanusiaan terburuk di era modern.