Wednesday, August 13, 2025
HomeBeritaAS bungkam atas pembunuhan wartawan Al Jazeera

AS bungkam atas pembunuhan wartawan Al Jazeera

Pada hari Selasa, Pemerintah Amerika Serikat memilih untuk tidak mengkritik Israel terkait pembunuhan lima jurnalis Al Jazeera di Gaza, dan malah merujuk pertanyaan tersebut kepada sekutunya.

Jurnalis Al Jazeera yang terkenal, Anas al-Sharif, bersama dengan rekan-rekannya, tewas pada hari Senin akibat serangan militer Israel di dekat Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza.

“Yang bisa saya katakan adalah, kami merujuk Anda kepada Israel untuk informasi lebih lanjut mengenai al-Sharif,” ujar juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Tammy Bruce, saat konferensi pers.

Bruce menyatakan rasa hormat terhadap para jurnalis yang meliput di zona konflik, namun juga menyebut bahwa anggota Hamas telah “tertanam dalam masyarakat, termasuk dengan menyamar sebagai jurnalis”.

Ini mengacu pada tuduhan Israel yang menyebutkan bahwa jurnalis yang tewas itu merupakan anggota Hamas, meskipun mereka tidak menyediakan bukti untuk mendukung klaim tersebut.

“Ini adalah hal yang mengerikan bagi mereka yang berkomitmen untuk mencari informasi, dan saya tahu itu adalah situasi yang sangat sulit,” tambahnya.

Pernyataan AS ini bertentangan dengan kecaman keras dari berbagai pihak internasional. Pemerintah Eropa dan Arab, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), serta kelompok hak media mengungkapkan kemarahan mereka atas pembunuhan tersebut.

Kaja Kallas, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, menegaskan bahwa Israel harus memberikan “bukti yang jelas” untuk mendukung tuduhan mereka, sambil menekankan pentingnya penghormatan terhadap hukum perang, yang melarang penargetan jurnalis.

Al Jazeera mengonfirmasi bahwa selain Anas al-Sharif, empat karyawan lain juga tewas dalam serangan itu, yaitu koresponden Mohammed Qreiqeh dan tiga kamerawan, Ibrahim Zaher, Mohammed Noufal, dan Moamen Aliwa. Serangan tersebut menghantam tenda yang didirikan untuk para jurnalis di luar pintu gerbang utama Rumah Sakit Al-Shifa, yang merupakan salah satu pusat medis terbesar di Gaza.

Tuduhan terhadap Israel

Pembunuhan ini menambah panjang daftar jurnalis dan pekerja media Palestina yang terbunuh sejak Oktober 2023, ketika Israel mulai melancarkan serangan besar-besaran ke Gaza. Sejak saat itu, sejumlah wartawan dan pekerja media telah menjadi korban dalam serangan militer Israel, yang mengundang kritik keras dari berbagai kelompok internasional yang menuntut perlindungan terhadap jurnalis di medan perang.

Serangan terhadap jurnalis di Gaza telah menjadi isu kontroversial, di mana banyak pihak yang menilai bahwa tindakan tersebut adalah pelanggaran terhadap kebebasan pers dan hak untuk mendapatkan informasi, yang dilindungi oleh hukum internasional.

Pizaro Idrus
Pizaro Idrus
Kandidat PhD bidang Hubungan Internasional Universitas Sains Malaysia. Peneliti Asia Middle East Center for Research and Dialogue
ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular