Seorang utusan khusus Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan bahwa akan ada satu negara baru yang secara resmi bergabung dalam perjanjian normalisasi hubungan dengan Israel, yang dikenal sebagai Kesepakatan Abraham (Abraham Accords), Kamis.
Utusan tersebut, Steve Witkoff, tidak menyebutkan negara mana yang dimaksud, namun mengatakan pengumuman resmi akan dilakukan pada Kamis malam waktu setempat dalam sebuah acara di Washington, D.C.
“Saya akan terbang kembali ke Washington malam ini karena kami akan mengumumkan satu negara lagi yang akan bergabung dengan Kesepakatan Abraham,” kata Witkoff dalam sebuah forum bisnis di Miami, Florida, seperti dikutip kantor berita Anadolu.
Presiden Trump dijadwalkan menjamu para pemimpin lima negara Asia Tengah—Kazakhstan, Uzbekistan, Tajikistan, Turkmenistan, dan Kirgistan—di Gedung Putih pada Kamis malam. Belum dapat dipastikan apakah pengumuman itu akan dilakukan dalam jamuan makan malam tersebut, namun Trump hampir dipastikan akan hadir dalam setiap pengumuman besar.
Kesepakatan Abraham merupakan perjanjian normalisasi hubungan antara Israel dan sejumlah negara mayoritas Muslim yang dicapai pada masa pemerintahan pertama Trump. Hingga kini, empat negara telah menandatangani kesepakatan tersebut, yakni Uni Emirat Arab, Bahrain, Sudan, dan Maroko.
Situs berita Axios melaporkan bahwa negara yang akan bergabung adalah Kazakhstan, yang telah menjalin hubungan diplomatik dengan Israel sejak 1992. Namun, seorang pejabat AS yang enggan disebutkan namanya mengatakan bahwa langkah ini dimaksudkan untuk “menghidupkan kembali momentum normalisasi” di kawasan.
“Ini akan menunjukkan bahwa Kesepakatan Abraham adalah klub yang banyak negara ingin menjadi bagiannya, sekaligus menjadi langkah untuk membuka lembaran baru pascaperang di Gaza dan bergerak menuju perdamaian serta kerja sama yang lebih luas di kawasan,” kata pejabat itu seperti dikutip Axios.
Pengumuman ini muncul di tengah merosotnya hubungan internasional Israel akibat perang yang telah berlangsung hampir dua tahun di Jalur Gaza, yang menewaskan hampir 70.000 warga Palestina.
Sejumlah negara diketahui telah memutus hubungan diplomatik dengan Tel Aviv atau secara sepihak mengakui negara Palestina sebagai bentuk respons terhadap perang tersebut.


