Presiden Bashar al-Assad membantah bahwa dia berniat melarikan diri dari Suriah setelah pengambilalihan oleh pemberontak, dalam pernyataan yang diklaim sebagai pertama kalinya sejak dia digulingkan bulan ini.
Dalam pernyataannya, Assad mengklaim ada “banjir informasi palsu” mengenai kepergiannya dari Suriah.
“Pertama, kepergian saya dari Suriah tidak direncanakan dan tidak terjadi pada jam-jam terakhir pertempuran seperti yang diklaim beberapa pihak. Sebaliknya, saya tetap berada di Damaskus, menjalankan tugas saya hingga dini hari Minggu, 8 Desember 2024,” tulis pernyataan itu.
Dia mengatakan kemudian pindah ke Latakia untuk “mengawasi operasi tempur” di pangkalan udara Hmeimim bersama sekutu-sekutunya dari Rusia.
Pangkalan itu kemudian diserang dengan drone dan Moskow memerintahkannya evakuasi ke Rusia.
“Sama sekali tidak ada saatnya saya mempertimbangkan untuk mundur atau mencari perlindungan, dan tidak ada pihak atau individu yang mengusulkan hal tersebut,” kata pernyataan itu.
“Langkah satu-satunya adalah terus melawan serangan teroris.”
Namun, pernyataan ini bertentangan dengan keterangan dari mantan pejabat pemerintah yang mengatakan bahwa pelarian Assad dari Suriah sudah dipersiapkan sebelumnya.
Lebih dari puluhan orang yang mengetahui kejadian itu mengatakan kepada Reuters pekan lalu bahwa Assad sudah mencari cara keluar dari negara itu sejak 2 Desember, dan awalnya mencoba mencari perlindungan di UEA, namun ditolak.
Rusia sangat mendukung pemerintah Assad di Suriah, dan intervensi mereka pada 2015 dianggap mengubah jalannya perang sipil dengan memenangkan pihak Assad setelah bertahun-tahun kehilangan wilayah.
Terdapat sejumlah pangkalan Rusia di Suriah, menjadikan negara ini sekutu utama Moskow di kawasan tersebut.
Namun, Rusia tidak dapat atau tidak mau menghentikan pengambilalihan cepat atas kota-kota besar Suriah seperti Hama, Aleppo, dan Homs, yang berujung pada jatuhnya pemerintahan Assad.