Seorang bayi Palestina kedua, Sila Mahmoud al-Fasih, meninggal di Gaza pada Rabu akibat kedinginan setelah tinggal di kamp pengungsian darurat di tengah pemboman Israel, lansir The New Arab.
Bayi berusia dua minggu ini meninggal di daerah al-Mawasi, dekat Khan Younis, setelah beberapa hari sebelumnya, bayi Aisha Adnan Sufyan al-Qassas juga meninggal karena kedinginan di kamp yang sama.
Kematian al-Fasih memicu seruan agar Israel bertanggung jawab atas kondisi buruk di Gaza, yang disebabkan oleh perintah evakuasi paksa dan pemboman terus-menerus.
Dalam sebuah video yang tersebar, ayah al-Fasih menceritakan bahwa ia menemukan putrinya tampak biru dan berdarah dari mulut dan hidungnya, dan dokter menyatakan bahwa “jantung bayi berhenti karena kedinginan.”
Sejak perang dimulai pada 7 Oktober 2023, banyak penduduk Gaza terpaksa mengungsi dan tinggal di tempat berlindung darurat yang sangat buruk.
Banyak pengungsi melaporkan merasa sakit akibat cuaca dingin dan kondisi yang keras, sementara banyak tenda yang tidak memadai.
Philippe Lazzarini, kepala UNRWA, menyatakan bahwa satu anak tewas setiap jam di Gaza, dengan total 14.500 anak tewas sejak perang dimulai.
Lembaga amal Oxfam juga melaporkan lebih banyak wanita dan anak-anak yang tewas di Gaza dibandingkan konflik lainnya dalam setahun terakhir.
Perang ini telah menewaskan lebih dari 45.000 orang Palestina dan menyebabkan krisis kemanusiaan yang parah di Gaza.