BBC membatalkan wawancara yang dijadwalkan dengan sejarawan terkenal Ilan Pappé, dengan alasan “keadaan yang tidak terduga.”
Wawancara tersebut rencananya akan disiarkan di BBC Radio 4 sebagai bagian dari program sejarah yang membahas peran historis Inggris di Palestina.
Pappé, yang juga direktur European Centre for Palestine Studies di University of Exeter, menyatakan kekecewaannya melalui akun Facebook-nya.
“Saya kira hari-hari mesias telah tiba ketika BBC Radio 4 ingin mewawancarai saya,” tulisnya.
“Namun, tiba-tiba, sebelum wawancara dimulai, acara tersebut dibatalkan dengan alasan ‘keadaan yang tidak terduga.’ Yah, kita tahu apa itu.”
Menanggapi pembatalan yang mendadak, Pappé mengirim pesan kepada produser program.
“Hari ketika BBC bersedia mewawancarai saya adalah hari ketika BBC akan kembali dipercaya oleh orang Palestina sebagai sumber yang kredibel,” kata Pappé, yang menyiratkan adanya bias dari BBC terhadap rakyat Palestina.
Pembatalan ini terjadi di tengah kritik yang terus meningkat terhadap liputan BBC mengenai kekerasan di Gaza.
Dua minggu lalu, lebih dari 100 staf BBC menuding stasiun televisi tersebut lebih memihak Israel dalam pelaporannya.
Dalam sebuah surat yang ditujukan kepada Direktur Jenderal Tim Davie dan CEO Deborah Turness, staf BBC mengkritik kurangnya “prinsip jurnalisme dasar” dalam mempertanggungjawabkan tindakan Israel di Gaza.
“Konsekuensi dari liputan yang tidak memadai sangat besar,” bunyi surat tersebut. “Setiap laporan televisi, artikel, dan wawancara radio yang gagal menantang klaim Israel secara tegas, secara sistematis mendewakan dehumanisasi terhadap rakyat Palestina.”
Surat itu juga menekankan pentingnya jurnalisme berbasis bukti untuk memastikan pelaporan yang berimbang mengenai kekejaman di Gaza.
Ilan Pappé, yang dikenal karena kritik tajamnya terhadap kebijakan Israel dan sebagai penulis The Ethnic Cleansing of Palestine telah lama meneliti dinamika sejarah dan politik terkait pendudukan Israel.
Meskipun BBC belum memberikan rincian lebih lanjut mengenai pembatalan tersebut, keputusan ini menambah kekhawatiran yang semakin berkembang mengenai akuntabilitas media Barat dan netralitas dalam meliput perjuangan Palestina.
