Presiden Amerika Serikat Joe Biden pada Jumat menyatakan bahwa ia meminta Israel untuk tidak menargetkan pasukan perdamaian PBB di Lebanon, menurut laporan berita Anadolu.
“Benar, secara mutlak,” kata Biden kepada wartawan ketika ditanya apakah ia meminta Israel menghentikan serangan terhadap pasukan perdamaian PBB.
Pernyataan ini disampaikan setelah pasukan Israel pada Jumat pagi menembaki pos pengamatan milik Pasukan Sementara PBB di Lebanon (UNIFIL) di markasnya di Naqoura, Lebanon selatan, yang melukai dua penjaga perdamaian dari kontingen Sri Lanka, lapor Kantor Berita Nasional Lebanon.
Dua penjaga perdamaian lainnya juga terluka dalam serangan serupa pada Kamis.
Israel telah melancarkan serangan udara besar-besaran di seluruh Lebanon, yang diklaim menargetkan Hezbollah sejak 23 September. Serangan ini telah menewaskan lebih dari 1.351 orang, melukai 3.800 lainnya, dan membuat lebih dari 1,2 juta orang mengungsi.
Kampanye udara ini merupakan eskalasi dari perang lintas perbatasan yang berlangsung selama setahun antara Israel dan Hezbollah sejak dimulainya serangan brutal Israel di Jalur Gaza, yang telah menewaskan hampir 42.000 orang, sebagian besar wanita dan anak-anak, sejak serangan oleh Hamas tahun lalu.
Setidaknya 2.083 orang telah tewas dan 9.869 lainnya terluka dalam serangan Israel di Lebanon, menurut otoritas Lebanon.
Meskipun ada peringatan internasional bahwa kawasan Timur Tengah berada di ambang perang regional akibat serangan Israel yang terus berlanjut di Gaza dan Lebanon, Tel Aviv memperluas konflik dengan meluncurkan invasi darat ke Lebanon selatan pada 1 Oktober.