Delegasi tinggi dari Suriah tiba di Arab Saudi pada Rabu dalam kunjungan luar negeri pertama oleh para pemimpin Islam negara itu sejak mereka menggulingkan Presiden Bashar al-Assad bulan lalu, menurut media negara.
“Delegasi resmi Suriah yang dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Assaad al-Shibani, Menteri Pertahanan Murhaf Abu Qasra, dan Kepala Dinas Intelijen Umum Anas Khattab tiba di ibu kota Riyadh,” lapor kantor berita resmi SANA, mengutip sumber dari kementerian luar negeri.
Pernyataan itu menyebutkan kunjungan ini sebagai “kunjungan luar negeri resmi pertama, atas undangan Menteri Luar Negeri Saudi.”
Bulan lalu, sebuah delegasi Saudi bertemu dengan pemimpin baru Suriah, Ahmed al-Sharaa, di Damaskus, menurut sumber yang dekat dengan pemerintah saat itu.
Shaar memimpin kelompok Hayat Tahrir al-Sham yang memimpin serangan oposisi yang menggulingkan Assad pada 8 Desember.
Minggu lalu, dalam sebuah wawancara dengan televisi Al Arabiya yang dimiliki Saudi, Sharaa mengatakan bahwa Arab Saudi “pasti akan memiliki peran besar dalam masa depan Suriah,” sambil menunjukkan “peluang investasi besar bagi semua negara tetangga.”
Ekonomi dan infrastruktur Suriah telah hancur akibat lebih dari 13 tahun perang saudara yang dimulai dengan penindasan brutal terhadap protes pro-demokrasi pada 2011.
Arab Saudi memutuskan hubungan dengan pemerintah Assad pada 2012 dan mendukung oposisi Suriah yang berusaha menggulingkannya di awal perang saudara.
Namun, tahun lalu Riyadh memulihkan hubungan dengan pemerintah Assad dan berperan penting dalam kembalinya Suriah ke Liga Arab, mengakhiri isolasi regional negara tersebut.
Arab Saudi kini menjadi pasar utama bagi captagon, obat adiktif yang sangat dibutuhkan di kawasan Teluk yang kaya minyak.
Narkotika mirip amfetamin ini menjadi ekspor paling bernilai Suriah di bawah rezim Assad, menjadikan negara itu salah satu negara penghasil narkoba terbesar di dunia.