Thursday, May 8, 2025
HomeBeritaDokter di Gaza: Kondisi rumah sakit kritis, korban luka tak tertolong

Dokter di Gaza: Kondisi rumah sakit kritis, korban luka tak tertolong

Situasi rumah sakit di Jalur Gaza kini berada dalam kondisi yang sangat memprihatinkan.

Dokter Khalil Al-Daqran, juru bicara Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsha, menggambarkan situasi sebagai “bencana menyeluruh” di seluruh wilayah.

Terutama setelah serangan terbaru yang menargetkan kamp pengungsian di Bureij, Jalur Gaza tengah.

Sedikitnya 17 orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka dalam serangan yang dilakukan militer Israel pada Selasa (6/5/2025).

Serangan tersebut menghantam sebuah sekolah yang digunakan sebagai tempat penampungan pengungsi di kamp Bureij.

Menurut Al-Daqran, delapan jenazah, sebagian besar anak-anak, perempuan, dan lansia, telah dievakuasi ke Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsha, sementara sembilan korban jiwa lainnya dibawa ke Rumah Sakit Al-Awda.

“Masih banyak korban, baik yang luka maupun yang sudah meninggal, yang belum dapat dievakuasi dari lokasi serangan,” ujar Al-Daqran dalam pernyataannya kepada Al Jazeera.

Ia menambahkan bahwa keterbatasan peralatan dan akses membuat tim medis serta petugas pertahanan sipil tak mampu menjangkau mereka.

Serangan tersebut merupakan bagian dari rangkaian operasi militer Israel yang terus berlangsung sejak pagi hari.

Di ambang kehancuran

Al-Daqran menyebut, jumlah korban tewas di wilayah tengah Gaza kini mencapai 35 orang, sebagian besar adalah anak-anak, perempuan, dan lanjut usia.

Lebih jauh, ia menjelaskan bahwa rumah sakit kini dibanjiri oleh korban luka berat dengan cedera serius di kepala, dada, dan anggota tubuh lainnya.

“Kami menghadapi tantangan besar dalam memberikan layanan medis. Kekurangan obat-obatan dan perlengkapan operasi membuat kami harus melakukan seleksi di antara pasien luka untuk diprioritaskan penanganannya,” katanya.

Di tengah keterbatasan tersebut, Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa menjadi satu-satunya fasilitas kesehatan yang masih beroperasi di wilayah tengah Gaza dan harus melayani lebih dari 350.000 penduduk.

“Banyak nyawa melayang hanya karena kami tidak memiliki cukup sumber daya untuk menyelamatkan mereka,” ujar Al-Daqran.

Kondisi ini diperburuk oleh terus berlanjutnya blokade yang menghambat masuknya bahan bakar dan pasokan medis. Ia memperingatkan bahwa sistem kesehatan di Gaza berada di ambang kehancuran total.

Jika pasokan energi untuk rumah sakit terus tertahan, pelayanan medis akan terhenti sepenuhnya.

Al-Daqran menutup pernyataannya dengan seruan mendesak kepada dunia internasional agar segera mengambil langkah konkret untuk menghentikan agresi militer dan menyelamatkan sistem kesehatan Gaza dari kehancuran total.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular