Staf medis dan warga melaporkan bahwa banyak jenazah masih tergeletak di jalanan di Jabalia dan Beit Lahia akibat pembantaian massal yang dilakukan Israel di wilayah Gaza utara itu.
Sementara tim penyelamat dan ambulans tidak dapat melakukan evakuasi karena tembakan dari Israel.
Staf medis juga menyebutkan bahwa agresi Israel yang terus berlanjut telah menghalangi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk mengirimkan pasokan medis atau melakukan evakuasi.
Seorang dokter ortopedi dari Lembaga Médecins Sans Frontières (MSF) di Rumah Sakit Kamal Adwan melaporkan pada Rabu bahwa terdapat 30 korban tewas di dalam rumah sakit, sementara 130 pasien lainnya membutuhkan perawatan medis segera.
“Kematian ada di segala bentuk di Rumah Sakit Kamal Adwan dan Gaza Utara. Serangan tidak pernah berhenti. Artileri, pesawat, dan penembakan terus berlanjut. Bahkan rumah sakit pun menjadi sasaran. Ini seperti adegan dalam film; tidak terasa nyata,” ujar Dr. Mohammed Obeid dalam pesan suara yang dibagikan oleh organisasi tersebut seperti dikutip Middle East Eye pada Kamis (24/10).
Pada 5 Oktober, Israel meluncurkan operasi militer besar-besaran di Gaza Utara yang telah menewaskan ratusan orang dan memaksa puluhan ribu lainnya mengungsi dari wilayah tersebut.
Operasi ini dilancarkan setelah pengajuan proposal kontroversial yang dikenal sebagai “Rencana Sang Jenderal” kepada pemerintah Israel.
Rencana ini bertujuan untuk mengosongkan wilayah di utara Koridor Netzarim, yang memisahkan Gaza menjadi dua, agar Israel dapat menjadikan kawasan tersebut sebagai “zona militer tertutup.”
Pertahanan sipil Palestina terpaksa menghentikan operasinya di Gaza Utara setelah serangan Israel pada Rabu malam melumpuhkan tim darurat dan satu unit mobil pemadam kebakaran, sehingga wilayah tersebut kini tidak lagi mendapatkan layanan kemanusiaan.
Lembaga tersebut melaporkan bahwa tiga anggotanya terluka akibat serangan udara “terarah” dari Israel. Selain itu, pasukan Israel juga menahan lima petugas penyelamat lainnya di kawasan Sheikh Zayed dan membawa mereka ke “lokasi yang dirahasiakan.”
Lebih lanjut, lembaga tersebut menambahkan bahwa tank-tank Israel menembaki satu-satunya mobil pemadam kebakaran yang tersisa di wilayah tersebut, sehingga kendaraan itu terbakar.
Di Beit Lahia, lembaga itu kehilangan kontak dengan tiga anggotanya setelah mereka menjadi target serangan pesawat tak berawak Israel. Nasib mereka hingga saat ini masih belum diketahui.
“Kami telah sepenuhnya menghentikan operasi di wilayah utara, situasinya kini benar-benar bencana, dan warga di sana tidak mendapatkan layanan kemanusiaan,” demikian pernyataan dari lembaga tersebut.
Lembaga itu juga mengungkapkan bahwa seluruh rumah sakit di kawasan itu, termasuk Rumah Sakit Indonesia, Al-Awda, dan Kamal Adwan, kini terkepung oleh pasukan Israel.
Para direktur rumah sakit melaporkan adanya penembakan dan serangan artileri yang terus-menerus di sekitar rumah sakit, dengan pasukan Israel menargetkan siapa pun yang bergerak di sekitar fasilitas tersebut.