Dua tentara penjajah Israel dari Brigade Givati, Batalyon Shaked, tewas pada Sabtu lalu akibat ledakan perangkat peledak di sebuah bangunan yang dimasuki oleh unit tersebut di kamp pengungsi Jabalya, Gaza Utara, lansir Haaretz pada Sabtu (2/11).
Tentara tewas tersebut adalah Sersan Itay Parziat, 20 tahun, asal Petah Tikva, dan Sersan Yair Hananya, 22 tahun, dari Mitzpe Netofa.
Selain itu, tiga tentara lainnya mengalami luka-luka dalam insiden ini, dua di antaranya dalam kondisi kritis.
Dua kematian tersebut membawa total jumlah tentara Israel yang tewas menjadi 780 sejak pecahnya perang Israel di Jalur Gaza setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, menurut angka yang dirilis oleh militer.
Namun, warga Palestina menuduh Israel berusaha untuk menguasai daerah itu dan memindahkan penduduknya secara paksa.
Lebih dari 1.200 orang telah tewas di utara Gaza sejak serangan dimulai, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.
Serangan ini merupakan episode terbaru dalam perang brutal Israel di Gaza sejak serangan Hamas pada Oktober tahun lalu, meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang mendesak penghentian permusuhan secara segera.
Sejak saat itu, lebih dari 43.300 orang telah tewas, sebagian besar merupakan wanita dan anak-anak, dan lebih dari 102.000 lainnya mengalami luka-luka, menurut otoritas kesehatan setempat.
Serangan Israel telah memaksa hampir seluruh penduduk wilayah tersebut mengungsi di tengah blokade yang berkepanjangan, yang menyebabkan kekurangan parah makanan, air bersih, dan obat-obatan.
Israel kini menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional terkait tindakannya di Gaza.