Ormas Hidayatullah turut menanggapi pernyataan Presiden Prabowo Subianto tentang kesiapan Indonesia untuk mengevakuasi 1.000 warga Gaza, Palestina, ke Tanah Air yang telah memicu pro kontra dan perdebatan publik.
Menurut Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah, Ustadz Dr. H. Nashirul Haq, tawaran evakuasi ala penyelematan kemanusiaan Presiden Prabowo justru bisa dipahami keliru oleh masyarakat Islam international dan rakyat Palestina itu sendiri.
“Seakan-akan menolong, tapi tawaran Presiden Prabowo itu bisa disalahartikan menikam perjuangan Palestina dari belakang,” tegas Ustadz Nashirul Haq, dalam rilis media resmi DPP Hidayatullah, Kamis, 11 Syawal 1446 (10/4/2025) di Jakarta.
Nashirul menegaskan, warga Gaza selama ini telah menunjukkan keberanian dan keteguhan dalam memperjuangkan kemerdekaan tanah mereka yang telah dijajah selama puluhan tahun oleh rezim Zionis-I5rael.
Mereka bertahan dalam kondisi yang sangat sulit, tanpa pasokan listrik, air bersih, dan kebutuhan dasar lainnya. Namun, bagi mereka, tanah air bukan sekadar tempat tinggal dan tumpah darah, melainkan simbol harga diri dan kemerdekaan.
“Warga Gaza sudah berkorban luar biasa demi kemerdekaannya. Kejahatan penjajah Zionis-I5rael yang harus dihentikan dan dihukum, bukan warga Gaza yang harus meninggalkan tanah airnya,” bunyi keterangan dan respons kritis tersebut.
Tindakan evakuasi, meski dibungkus dalam semangat kemanusiaan, dinilai dapat berisiko mengikis semangat perjuangan rakyat Palestina.
Bahkan lebih jauh, dapat ditafsirkan sebagai bentuk penyerahan wilayah Gaza secara de facto kepada penjajah Zionis.
Ketua Umum DPP Hidayatullah mengusulkan agar Presiden Prabowo mempertimbangkan kembali kebijakan tersebut dan mengambil langkah yang lebih tegas dalam mendukung kemerdekaan Palestina.
Ia bahkan menyarankan agar Indonesia meneladani langkah Presiden Soekarno pada tahun 1964 saat mendukung perjuangan rakyat Aljazair melawan penjajahan Prancis.
“Dengan hormat, kami sarankan Bapak Presiden menarik kembali tawarannya yang keliru itu, dan lebih aktif menolong Palestina seperti Presiden Soekarno ketika menolong rakyat Aljazair melawan penjajah Prancis 1964, dengan mengirim senjata sisa Operasi Pembebasan Irian Jaya,” pungkasnya.