Kematian enam jurnalis Palestina, termasuk seorang kamerawan Al Jazeera, akibat serangan militer Israel di Gaza, memicu kecaman luas dari berbagai pihak di dunia. Jaringan Media Al Jazeera menuduh Israel melakukan “pembunuhan jurnalis sebagai bagian dari kampanye sistematis untuk membungkam kebenaran”.
Militer Israel mengebom Rumah Sakit Nasser di Khan Younis pada Senin (26/8/2025), menewaskan lima jurnalis, termasuk fotografer Al Jazeera, Mohammad Salama. Serangan “double-tap” ini, yaitu serangan beruntun dengan misil kedua menyusul saat petugas penyelamat dan jurnalis tiba, menewaskan total 21 orang di fasilitas medis utama Gaza selatan tersebut.
Serangan tersebut terjadi di tengah intensifikasi ofensif Israel untuk merebut Kota Gaza, pusat perkotaan dengan populasi 2,3 juta jiwa, meski sebelumnya telah diumumkan kondisi kelaparan di wilayah tersebut. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebut insiden ini sebagai “kecelakaan tragis”.
Militer Israel juga menewaskan satu jurnalis lainnya dalam insiden terpisah di Khan Younis pada hari yang sama, sehingga total jurnalis yang tewas menjadi enam orang.
Reaksi terhadap Pembunuhan Jurnalis
Al Jazeera Media Network
Dalam pernyataannya, Al Jazeera mengecam “kejahatan mengerikan yang dilakukan pasukan pendudukan Israel, yang secara langsung menarget dan membunuh jurnalis sebagai bagian dari kampanye sistematis untuk membungkam kebenaran”. Al Jazeera menyebut pembunuhan ini sebagai pelanggaran norma dan hukum internasional yang “setara dengan kejahatan perang”.
Jaringan media ini juga menegaskan bahwa meski terus menjadi sasaran, mereka tetap teguh menyajikan liputan langsung tentang apa yang mereka sebut “genosida Israel di Gaza” selama 23 bulan terakhir, meski akses media internasional dibatasi oleh otoritas pendudukan.
Organisasi Kerja Sama Islam (OIC)
Para Menteri Luar Negeri OIC menggelar pertemuan luar biasa di Jeddah, Arab Saudi, mengecam pembunuhan jurnalis sebagai “kejahatan perang” dan “serangan terhadap kebebasan pers”.
Front Populer Pembebasan Palestina (PFLP)
Faksi sayap kiri Palestina ini menilai serangan tersebut sebagai bukti kekejaman dan sadisme mutlak dari pendudukan Israel, serta menuntut pertanggungjawaban Israel dan sekutunya, terutama Amerika Serikat, yang dianggap “bertanggung jawab penuh atas kejahatan terorganisir ini”.
Qatar
Kementerian Luar Negeri Qatar menyebut serangan itu sebagai “episode terbaru dari rangkaian kejahatan keji pendudukan terhadap rakyat Palestina” dan pelanggaran terang-terangan hukum internasional. Qatar menyerukan tindakan internasional yang cepat dan tegas untuk melindungi jurnalis dan pekerja kemanusiaan serta menuntut pertanggungjawaban.
Turki
Pemerintah Turki mengecam serangan ini sebagai “kejahatan perang lain”, dengan menyatakan bahwa kebebasan pers dan nilai kemanusiaan kembali diserang di tengah genosida dan jeritan rakyat tak berdosa.
Iran
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran menyebut serangan tersebut sebagai “kejahatan perang barbar” yang dilakukan untuk melanjutkan rencana genosida terhadap rakyat Palestina. Iran menuntut agar Amerika Serikat dan sekutu Israel yang mendukung senjata dalam konflik ini bertanggung jawab di hadapan komunitas internasional.
Mesir
Kementerian Luar Negeri Mesir mengecam keras serangan tersebut sebagai pelanggaran terang-terangan hukum humaniter internasional, menyerukan komunitas internasional dan Dewan Keamanan PBB untuk turun tangan menghentikan kejahatan genosida terhadap rakyat Palestina.
Arab Saudi
Kementerian Luar Negeri Arab Saudi menegaskan penolakannya terhadap pelanggaran berkelanjutan Israel terhadap hukum dan norma internasional, serta mendesak dunia untuk menghentikan kejahatan tersebut dan melindungi tenaga medis, relawan, dan jurnalis.
Israel
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan penyesalannya atas “kecelakaan tragis” di Rumah Sakit Nasser yang menewaskan 21 orang, termasuk lima jurnalis. Netanyahu menegaskan bahwa Israel menghargai peran jurnalis, tenaga medis, dan warga sipil, dan menyatakan militer tengah melakukan penyelidikan menyeluruh. Namun, penyelidikan internal Israel jarang berujung pada penuntutan atau akuntabilitas.
Inggris
Menteri Luar Negeri Inggris, David Lammy, menyatakan keterkejutannya atas serangan di Rumah Sakit Nasser, menekankan pentingnya perlindungan bagi warga sipil, tenaga kesehatan, dan jurnalis, serta mendesak penghentian segera kekerasan.
Spanyol
Kementerian Luar Negeri Spanyol mengecam serangan itu sebagai pelanggaran serius hukum humaniter internasional dan menegaskan pentingnya perlindungan khusus untuk jurnalis serta komitmen penuh Spanyol terhadap hak memperoleh informasi.
Jerman
Kementerian Luar Negeri Jerman menyatakan keterkejutannya atas kematian sejumlah jurnalis, pekerja penyelamat, dan warga sipil dalam serangan di Rumah Sakit Nasser, dan menuntut penyelidikan. Jerman juga meminta Israel segera membuka akses bagi media asing independen dan memberikan perlindungan kepada jurnalis yang bertugas di Gaza.