Sunday, February 23, 2025
HomeBeritaEthiopia dan Somalia damai lewat tangan Erdogan

Ethiopia dan Somalia damai lewat tangan Erdogan

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengumumkan pada Rabu malam bahwa Ethiopia dan Somalia telah mencapai kesepakatan untuk menyelesaikan konflik antara kedua negara melalui pembicaraan perdamaian yang dimediasi oleh Ankara.

“Kami telah mengambil langkah pertama menuju awal yang baru yang didasarkan pada perdamaian dan kerja sama antara Somalia dan Ethiopia,” kata Presiden Erdogan dalam konferensi pers bersama dengan Presiden Somalia Hassan Sheikh Mohamud dan Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed.

Erdogan menambahkan harapan utama Ankara adalah untuk mewujudkan perdamaian dan stabilitas Afrika antara Somalia dan Ethiopia.

Turki meyakini bahwa pernyataan bersama yang telah disepakati oleh Somalia dan Ethiopia akan membangun dasar yang kokoh untuk kerja sama dan kemakmuran berdasarkan saling menghormati, kata Erdogan.

Erdogan juga menyatakan bahwa Turki, Somalia, dan Ethiopia akan merencanakan langkah-langkah ke depan bersama dan melaksanakan proyek-proyek untuk meningkatkan perdamaian dan kemakmuran regional.

Dia juga memuji Presiden Somalia dan Perdana Menteri Ethiopia atas “pencapaian rekonsiliasi bersejarah ini dengan penuh dedikasi” selama pembicaraan perdamaian yang dimediasi Ankara.

Perdana Menteri Abiy Ahmed memuji Turki atas upayanya dalam menyelesaikan konflik Somalia-Ethiopia selama pembicaraan tersebut.

Presiden Hassan Sheikh Mohamud juga memberikan apresiasi atas upaya Turki dalam menyelesaikan konflik teritorial dan politik yang berlangsung lama antara Somalia dan Ethiopia.

Hubungan antara Ethiopia dan Somalia memburuk setelah Ethiopia menandatangani kesepakatan dengan wilayah pecahan Somaliland pada 1 Januari untuk menggunakan pelabuhan Laut Merah Berbera.

Turki telah berupaya mengakhiri ketegangan antara kedua negara tersebut.

Ethiopia kehilangan pelabuhan Laut Merahnya pada awal 1990-an setelah Perang Kemerdekaan Eritrea, yang berlangsung dari 1961 hingga 1991.

Pada 1991, Eritrea meraih kemerdekaan dari Ethiopia, yang mengarah pada pembentukan dua negara terpisah. Pemisahan tersebut menyebabkan Ethiopia kehilangan akses langsung ke Laut Merah dan pelabuhan-pelabuhan penting.

Sejak saat itu, Ethiopia menjadi negara yang terkurung daratan, yang mempengaruhi kemampuannya dalam melakukan perdagangan maritim yang efisien.

Pizaro Idrus
Pizaro Idrus
Pengajar HI Universitas Al Azhar Indonesia, Mahasiswa PhD Hubungan Antarbangsa Universitas Sains Malaysia.
ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular