Thursday, July 3, 2025
HomeBeritaFAO: Perang Israel hancurkan sektor pertanian Gaza

FAO: Perang Israel hancurkan sektor pertanian Gaza

Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) menyatakan bahwa agresi militer Israel yang terus berlangsung di Jalur Gaza telah menghancurkan hampir seluruh sektor pertanian di wilayah tersebut.

Hanya tersisa 4,6 persen lahan yang masih dapat digunakan untuk bercocok tanam.

Dalam pernyataan resminya, Wakil Direktur Jenderal sekaligus Perwakilan Regional FAO untuk Timur Dekat dan Afrika Utara, Abdulhakim Elwaer, mengungkapkan bahwa saat ini pihaknya bahkan tidak dapat mengirimkan sebiji benih atau sebungkus pupuk pun ke Gaza akibat blokade total.

“Kami tetap siap bertindak segera begitu jalur bantuan kemanusiaan kembali terbuka. Sementara itu, kami tengah mengeksplorasi berbagai pendekatan alternatif untuk membantu para petani di Gaza. Ini krusial demi memperkuat ketahanan pangan sekarang,” ujarnya.

Menurut analisis FAO pada Maret lalu, kehancuran infrastruktur dan pemboman tanpa henti membuat hanya sebagian kecil lahan—sekitar 4,6 persen—yang masih dapat digunakan untuk pertanian.

Dalam situasi seperti ini, warga yang masih bisa mengakses lahan mencoba menanam di sebidang tanah antara tenda-tenda pengungsi atau bahkan di atas reruntuhan rumah mereka yang hancur.

Mulai dari akar rumput

Dengan terus berlanjutnya krisis yang telah melumpuhkan sistem pangan dan pertanian di Gaza, FAO melaporkan bahwa pihaknya baru-baru ini membantu 200 petani di wilayah Rafah dan Khan Younis untuk memaksimalkan penggunaan lahan yang tersisa, demi menanam tanaman pangan paling mendesak.

Direktur Program FAO untuk Tepi Barat dan Gaza, Dr. Azzam Saleh, menekankan pentingnya dukungan terhadap petani lokal sebagai ujung tombak pemulihan.

“Dalam keadaan darurat seperti di Gaza dan Tepi Barat, titik awal terbaik adalah para petani itu sendiri. Mereka punya kemampuan adaptasi luar biasa berkat pengalaman teknis, pengetahuan tradisional, dan keterampilan pemasaran,” katanya.

Ia menambahkan bahwa program percontohan FAO membuktikan bagaimana petani Gaza mampu mengoptimalkan setiap jengkal tanah, setiap tetes air, dan setiap sen yang tersedia.

Kendati demikian, FAO memperingatkan agar tidak melebih-lebihkan dampak dari inisiatif tersebut jika tidak ada gencatan senjata berkelanjutan dan akses bantuan kemanusiaan yang aman dan tanpa hambatan.

Sejak 2 Maret lalu, Israel menutup rapat seluruh perlintasan ke Gaza, menghalangi masuknya ratusan truk bantuan yang menumpuk di perbatasan.

Saat ini, hanya puluhan truk yang diizinkan masuk per hari, padahal wilayah Gaza membutuhkan sedikitnya 500 truk bantuan setiap harinya.

Di luar sistem PBB dan lembaga internasional, Israel dan Amerika Serikat sejak 27 Mei lalu menjalankan skema distribusi bantuan melalui lembaga bernama “Humanitarian Gaza Foundation”.

Namun dalam praktiknya, militer Israel kerap menembaki warga yang tengah mengantre bantuan, memaksa mereka memilih antara kelaparan atau kematian.

Kementerian Kesehatan Gaza mencatat hingga Ahad lalu, 583 warga tewas dan lebih dari 4.000 lainnya luka-luka saat berupaya memperoleh bantuan makanan.

Sejak dimulainya agresi Israel pada 7 Oktober 2023, lebih dari 57.000 warga Palestina di Gaza dilaporkan tewas, 134.000 lebih terluka, dan lebih dari 11.000 orang masih hilang.

Serangan ini mencakup pembunuhan massal, pengepungan, penghancuran, serta pengusiran paksa yang oleh sejumlah lembaga internasional disebut sebagai bentuk genosida.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular