Fatah telah melarang kru Al Jazeera untuk melaporkan di bagian utara Tepi Barat yang diduduki, dengan tuduhan “menyebarkan perpecahan dan memicu konflik internal” di tengah serangan besar-besaran yang dilakukan oleh Otoritas Palestina (PA) di Jenin.
Keputusan ini dikeluarkan pada hari Senin dan mencakup provinsi Jenin, Tubas, Nablus, Tulkarem, Qalqiliya, dan Salfit, yang merupakan daerah dengan kelompok pejuang dan kelompok perlawanan Palestina yang aktif.
Larangan ini dikeluarkan di tengah meningkatnya kekerasan antara pasukan PA yang dipimpin Fatah dan pejuang Palestina di Jenin dan kamp pengungsi Jenin, yang telah terkepung sejak 6 Desember.
PA mengklaim operasi ini menargetkan “orang-orang luar hukum” dan “militan,” namun para ahli Palestina berpendapat bahwa tujuannya adalah untuk membongkar kelompok perlawanan bersenjata, khususnya Brigade Jenin.
Keputusan Fatah ini secara khusus menyebutkan peran Al Jazeera yang dianggap menyebarkan perpecahan di Palestina dan dunia Arab, serta berkolaborasi dengan agenda Zionis dan Amerika yang dianggap bermusuhan dengan perjuangan Palestina.
Sekretaris Cabang Fatah Tubas, Mahmud Sawafteh, mengonfirmasi bahwa larangan ini dikeluarkan di wilayah Tubas dan disebarkan di platform media sosial yang terkait dengan Fatah. Larangan serupa juga dikonfirmasi di Jenin dan Tulkarem.
Larangan ini menimbulkan pertanyaan apakah keputusan tersebut mendapat izin resmi dari Komite Pusat Fatah, badan eksekutif tertinggi dari gerakan ini. Keputusan sebesar ini biasanya memerlukan persetujuan dari pimpinan tertinggi Komite Pusat Fatah.
Larangan ini dikeluarkan setelah Israel menutup kantor Al Jazeera di Ramallah pada 22 September 2024 dan memperpanjang penutupan tersebut pada 5 November.
Israel juga mendukung operasi PA di Jenin melawan kelompok perlawanan Palestina, meskipun pejabat Israel terkejut dengan penggunaan RPG oleh pasukan PA, yang memicu penyelidikan terkait insiden tersebut.
Kamp Jenin, yang telah lama menjadi benteng perlawanan terhadap pendudukan ilegal Israel, telah menjadi lokasi bentrokan berulang antara pejuang Palestina dan pasukan PA, yang mengakibatkan lima orang tewas, termasuk seorang anak dan dua pemuda dari kamp tersebut.