Pemerintah di Jalur Gaza pada Senin (20/10/2025) melaporkan bahwa sedikitnya 97 warga Palestina tewas dan 230 lainnya terluka akibat 80 pelanggaran yang dilakukan oleh militer Israel sejak perjanjian gencatan senjata diberlakukan pada 10 Oktober lalu.
Dalam sebuah pernyataan resmi, Kantor Media Pemerintah Gaza menyebut bahwa pelanggaran tersebut merupakan pelanggaran nyata terhadap hukum humaniter internasional, dan terjadi secara merata di seluruh wilayah Jalur Gaza.
Menurut laporan tersebut, dari total pelanggaran yang didokumentasikan, 21 insiden terjadi pada Minggu (19/10) dan menyebabkan tewasnya 44 orang dalam satu hari.
“Pendudukan telah melakukan 80 pelanggaran yang terdokumentasi sejak pengumuman gencatan senjata, yang mencerminkan kelanjutan kebijakan pembunuhan dan teror terhadap rakyat kami,” demikian bunyi pernyataan itu.
Pemerintah Gaza merinci bahwa pelanggaran yang dilakukan mencakup:
-
Penembakan langsung terhadap warga sipil
-
Serangan udara dan penembakan artileri secara sengaja
-
Penggunaan sabuk tembakan berat (belt of fire)
-
Penangkapan terhadap warga sipil
Disebutkan pula bahwa militer Israel menggunakan kendaraan tempur dan tank yang ditempatkan di pinggiran kawasan permukiman, serta alat berat yang dilengkapi sistem sensor dan penargetan jarak jauh. Selain itu, pesawat tempur dan drone tipe Quad-Copter dilaporkan digunakan untuk penyerangan langsung terhadap sasaran sipil.
“Pelanggaran-pelanggaran ini telah tercatat di seluruh provinsi di Jalur Gaza tanpa pengecualian,” ujar pihak pemerintah, seraya menekankan bahwa hal itu menunjukkan ketidakpatuhan Israel terhadap perjanjian gencatan senjata.
Pemerintah Gaza menegaskan bahwa pihaknya menyalahkan penuh militer Israel atas rangkaian pelanggaran tersebut, dan mendesak Perserikatan Bangsa-Bangsa serta para penjamin gencatan senjata untuk segera mengambil langkah konkret guna menghentikan kekerasan.
“Dunia internasional, khususnya para pihak yang terlibat dalam menjamin perjanjian gencatan senjata, harus bertindak segera demi menyelamatkan warga sipil dari serangan yang terus berlanjut,” bunyi penutup pernyataan tersebut.