Kekejaman tanpa henti kembali menyelimuti Jalur Gaza. Sejak Selasa dini hari (10/6), serangan militer Israel menewaskan sedikitnya 82 warga Palestina, termasuk petugas medis, jurnalis, dan warga sipil yang sedang mengantre bantuan makanan.
Serangkaian pembantaian kembali menandai babak kelam perang yang tak kunjung usai.
Salah satu tragedi paling memilukan terjadi di dekat pusat distribusi bantuan Amerika Serikat (AS) di sekitar poros Netzarim, tepatnya di kawasan Bundaran Nablusi, barat Kota Gaza.
Di sana, 20 warga Palestina gugur oleh peluru tentara Israel saat sedang menunggu bantuan kemanusiaan.
Sementara di selatan Jalur Gaza, serangan serupa menewaskan 8 orang dekat pusat distribusi bantuan yang dikelola perusahaan Amerika di utara Rafah.
Serangan yang mengincar mereka yang kelaparan memperkuat tuduhan bahwa Israel secara sistematis menjadikan krisis kemanusiaan sebagai senjata perang.
Dalam insiden tragis lainnya, 3 petugas medis dari Layanan Medis Palestina dan jurnalis Mua’min Abu al-‘Awf gugur dalam serangan udara Israel.
Serangan tersebut menargetkan mereka saat tengah mengevakuasi jenazah korban serangan sebelumnya di Kawasan Tuffah, timur Kota Gaza.
Hamas mengutuk insiden itu sebagai kejahatan perang yang berlapis. Hamas juga menyebut pembunuhan terhadap tim penyelamat sebagai bentuk kebrutalan yang melampaui batas.
Hal itu, kata hamas, mencerminkan strategi Israel untuk melumpuhkan setiap bentuk bantuan dan pertolongan di Gaza.
Hamas menyerukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan komunitas internasional untuk segera bertindak dan menghentikan pembantaian yang sedang berlangsung.
Pembenaran Israel
Menanggapi kecaman luas, militer Israel berdalih bahwa pasukannya hanya melepaskan tembakan peringatan kepada sekelompok warga Palestina yang mendekat ke wilayah yang disebut sebagai “zona tempur aktif” di sekitar Netzarim, beberapa ratus meter dari lokasi distribusi bantuan.
Tentara Israel mengklaim bahwa insiden itu terjadi sebelum pusat bantuan resmi dibuka dan bahwa mereka sedang melakukan investigasi mendalam terkait korban jiwa yang jatuh.
Para syuhada kembali ke Jabalia
Sementara itu, tim medis di Rumah Sakit Syuhada al-Aqsa melaporkan bahwa serangan udara Israel di Deir al-Balah, Gaza tengah, menewaskan 8 orang dan melukai lainnya.
Di Jabaliya, Gaza utara, sebanyak 9 jenazah berhasil dievakuasi dari reruntuhan rumah yang dihancurkan oleh serangan udara.
Situasi kemanusiaan di Gaza terus memburuk. Menurut Kantor Media Pemerintah di Gaza, Israel secara sistematis menutup semua jalur bantuan, memperparah krisis kelaparan yang telah menjerat 2,2 juta penduduk.
PBB bahkan menyebut tindakan ini sebagai pemaksaan kelaparan yang dapat mengarah pada pemindahan paksa (deportasi massal).
Sejak 7 Oktober 2023, agresi Israel yang didukung AS telah menyebabkan lebih dari 181 ribu warga Palestina gugur atau terluka, dengan sebagian besar adalah anak-anak dan perempuan.
Lebih dari 11 ribu orang masih hilang, dan ratusan ribu lainnya mengungsi tanpa kepastian.