Wednesday, October 15, 2025
HomeBeritaGencatan senjata, Netanyahu kembali jalani sidang kasus korupsi

Gencatan senjata, Netanyahu kembali jalani sidang kasus korupsi

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kembali hadir di Pengadilan Distrik Tel Aviv, Rabu (15/10/2025), untuk memberikan kesaksian dalam sidang kasus korupsi yang menjeratnya. Persidangan sempat tertunda selama sebulan karena peringatan hari raya Yahudi dan agenda perjalanan Netanyahu ke New York untuk menghadiri Sidang Umum PBB ke-80.

Menurut laporan media setempat, sidang hari itu turut dihadiri sejumlah menteri dan anggota parlemen dari Partai Likud yang memberikan dukungan kepada Netanyahu. Stasiun penyiaran publik Israel, KAN, melaporkan bahwa Netanyahu sempat meninggalkan ruang sidang untuk beberapa saat setelah menerima sebuah amplop dari salah satu ajudannya.

Dukungan terhadap Netanyahu tidak hanya datang dari internal partainya. Dalam pidatonya di hadapan parlemen Israel (Knesset) pada Senin, Presiden Amerika Serikat Donald Trump meminta Presiden Israel Isaac Herzog agar memberikan pengampunan kepada Netanyahu terkait kasus korupsi yang dihadapinya.

Berdasarkan hukum Israel, presiden memiliki kewenangan untuk memberikan grasi atau pengurangan hukuman, setelah mempertimbangkan masukan dari otoritas terkait, seperti menteri kehakiman atau menteri pertahanan.

Menteri Kehakiman Israel Yariv Levin, yang juga berasal dari Partai Likud, pada Rabu pagi menyatakan dukungannya terhadap grasi bagi Netanyahu. Dalam wawancara dengan harian Yedioth Ahronoth, Levin menyebut bahwa “seharusnya sidang ini tidak pernah digelar karena bertentangan dengan keadilan dan kepentingan negara”.

Menteri Pendidikan Yoav Kisch, juga dari Likud, dalam unggahan di akun X miliknya (sebelumnya Twitter), menyerukan pembatalan persidangan dengan alasan bahwa Israel tengah menghadapi “tantangan keamanan serius dan ancaman eksistensial”.

Netanyahu mulai menjalani pemeriksaan atas tiga kasus yang dikenal sebagai Kasus 1000, 2000, dan 4000 sejak Januari lalu. Ia membantah seluruh tuduhan.

Kasus 1000 berkaitan dengan dugaan penerimaan hadiah mahal dari para pengusaha sebagai imbalan atas sejumlah kemudahan.

Kasus 2000 melibatkan dugaan negosiasi Netanyahu dengan penerbit surat kabar Yedioth Ahronoth, Arnon Mozes, untuk mendapatkan pemberitaan positif.

Sementara itu, Kasus 4000, yang dianggap paling serius, menuduh Netanyahu memberikan keuntungan kepada Shaul Elovitch, mantan pemilik situs berita Walla! dan perusahaan telekomunikasi Bezeq, sebagai imbalan atas liputan media yang menguntungkan dirinya.

Netanyahu menjadi pemimpin Israel pertama yang duduk di kursi pesakitan sebagai terdakwa kasus pidana saat masih menjabat. Sidang perdananya digelar pada 24 Mei 2020.

Selain menghadapi proses hukum di dalam negeri, Netanyahu juga tengah menghadapi tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Mahkamah Pidana Internasional (ICC). Pada November 2024, ICC mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas dugaan pelanggaran di Gaza. Sejak Oktober 2023, serangan militer Israel dilaporkan telah menewaskan hampir 68.000 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak.

Pizaro Idrus
Pizaro Idrus
Kandidat PhD bidang Hubungan Internasional Universitas Sains Malaysia. Peneliti Asia Middle East Center for Research and Dialogue
ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Terpopuler