Sebuah armada bantuan kemanusiaan yang sedang berlayar menuju Jalur Gaza pada Kamis (25/9/2025) mengumumkan bahwa mereka kini berada kurang dari 1.000 kilometer dari wilayah pesisir Palestina tersebut. Armada ini bertujuan menantang blokade Israel yang telah berlangsung selama 18 tahun.
“Kami hanya berjarak 995 kilometer dari Gaza. Hati kami sudah lebih dulu tiba sebelum kapal-kapal ini. Kami berlayar dengan tekad untuk memecah pengepungan,” demikian pernyataan cabang Maghreb armada tersebut melalui platform media sosial Facebook.
Pembaruan ini disampaikan sehari setelah para penyelenggara melaporkan 12 ledakan yang terjadi di sembilan kapal armada, menyusul gangguan dari drone di perairan internasional. Meski tidak disebutkan pihak yang bertanggung jawab, serangan ini terjadi di tengah peringatan berulang dari Israel yang menegaskan akan memblokir misi tersebut. Hingga kini, pihak Israel belum memberikan tanggapan resmi.
Abdelhaq Benqadi, perwakilan dari Serikat Pengacara Arab yang turut dalam armada, menyatakan bahwa tim hukum sedang mempersiapkan pelaporan ke Pengadilan Kriminal Internasional (ICC). Mereka menuduh Israel melakukan “kejahatan perang di laut.”
Sebagai kekuatan pendudukan, Israel memiliki catatan panjang dalam mencegat kapal-kapal menuju Gaza, termasuk menyita kapal dan mendeportasi para aktivis di dalamnya. Kritik internasional menyebut tindakan tersebut sebagai bentuk pembajakan.
Armada bantuan kali ini terdiri dari hampir 50 kapal yang membawa pasokan kemanusiaan, termasuk bantuan medis. Lebih dari 500 aktivis dari berbagai negara turut serta dalam misi ini, menjadikannya upaya pelayaran bantuan terbesar menuju Gaza dalam hampir dua dekade terakhir.
Warga Gaza, yang berjumlah sekitar 2,4 juta jiwa, telah hidup di bawah blokade darat, laut, dan udara oleh Israel sejak 2007. Situasi kemanusiaan semakin memburuk seiring dengan agresi militer Israel sejak Oktober 2023, yang menurut data terbaru telah menewaskan lebih dari 65.400 orang.
Laporan terbaru dari tim penyelidik PBB menyimpulkan bahwa Israel telah melakukan tindakan genosida di Gaza, memperkuat kecaman global terhadap tindakan militer dan blokade berkepanjangan yang dijalankan Tel Aviv.