Monday, June 2, 2025
HomeBeritaHaaretz: Operasi militer Israel sebabkan kematian 20 sandera di Gaza

Haaretz: Operasi militer Israel sebabkan kematian 20 sandera di Gaza

Sebuah investigasi yang dipublikasikan oleh harian Haaretz pada Jum’at (30/5/2025) mengungkap bahwa operasi militer Israel di Jalur Gaza telah membahayakan nyawa setidaknya 54 sandera Israel, dengan 20 orang di antaranya dilaporkan tewas.

Laporan ini mengutip bahwa sebagian besar kematian terjadi akibat serangan udara langsung ataupun karena eksekusi oleh pihak penculik yang merasa terancam oleh aktivitas militer di sekitar lokasi penyanderaan.

Sejauh ini, kelompok Hamas belum memberikan tanggapan atas temuan yang disampaikan dalam laporan media tersebut.

Menurut Haaretz, selama 601 hari konflik yang berlangsung sejak serangan 7 Oktober 2023, tentara Israel disebut sempat menghindari ratusan serangan udara karena kekhawatiran akan keberadaan sandera. Namun, otoritas militer juga disebut tetap mengizinkan serangan dalam jarak yang dianggap “aman,” yaitu beberapa ratus meter dari dugaan lokasi sandera.

“Semakin banyak serangan, risikonya pun semakin besar,” ungkap seorang sumber militer kepada Haaretz. Sumber lain menambahkan, “Jika tidak ada informasi soal keberadaan sandera, maka serangan tetap dilakukan.”

Temuan ini bertolak belakang dengan pernyataan resmi militer Israel yang sebelumnya mengklaim mengambil langkah maksimum untuk melindungi para sandera yang ditahan di Gaza.

Serangan Israel ke Gaza diluncurkan setelah serangan mendadak oleh Hamas pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyebabkan sekitar 250 warga Israel disandera. Sejak saat itu, ofensif Israel telah menewaskan lebih dari 54.000 warga Palestina, serta menyebabkan kehancuran luas di wilayah Gaza dan memicu krisis kemanusiaan akut yang menyerupai kondisi kelaparan.

Israel memperkirakan bahwa saat ini masih terdapat 58 sandera di Gaza, dengan 20 orang diyakini masih hidup.

Sementara itu, lebih dari 10.000 warga Palestina dilaporkan ditahan di penjara-penjara Israel di bawah kondisi yang buruk, termasuk laporan penyiksaan, kelaparan, serta pengabaian layanan medis, menurut kelompok-kelompok pembela hak asasi manusia.

Di dalam negeri, tekanan terhadap Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, kian meningkat. Keluarga para sandera serta kelompok oposisi menuding Netanyahu memperpanjang perang demi memenuhi kepentingan politik koalisi sayap kanannya dan untuk mempertahankan kekuasaan.

Pizaro Idrus
Pizaro Idrus
Kandidat PhD bidang Hubungan Internasional Universitas Sains Malaysia. Peneliti Asia Middle East Center for Research and Dialogue
ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular