Hamas mengumumkan pada Selasa bahwa pihaknya merespons permintaan dari mediator untuk membahas proposal baru terkait gencatan senjata di Jalur Gaza dan finalisasi kesepakatan pertukaran sandera dengan Israel.
“Sehubungan dengan negosiasi gencatan senjata, Hamas telah merespons permintaan mediator untuk mengeksplorasi proposal baru mengenai gencatan senjata dan pertukaran sandera,” kata pejabat senior Hamas, Sami Abu Zuhri, dalam konferensi pers.
Ia menambahkan bahwa kelompok perlawanan Palestina tersebut telah mengadakan beberapa pertemuan mengenai isu ini dan mencatat bahwa akan ada pertemuan lanjutan terkait ini.
Abu Zuhri menegaskan kembali kesiapan Hamas untuk menerima “perjanjian atau ide apa pun yang dapat mengakhiri penderitaan rakyat kami di Gaza, menciptakan gencatan senjata penuh, memastikan penarikan pendudukan dari seluruh wilayah, mencabut blokade, menyediakan bantuan, dukungan, dan perlindungan bagi rakyat kami, mendukung rekonstruksi, serta mengamankan kesepakatan serius terkait para tahanan.”
Israel memperkirakan bahwa 101 sandera masih ditahan oleh Hamas di Gaza, beberapa di antaranya diyakini telah tewas akibat serangan udara Israel yang tidak pandang bulu di wilayah padat penduduk tersebut.
Upaya mediasi yang dipimpin oleh AS, Mesir, dan Qatar sejauh ini gagal menghasilkan gencatan senjata di Gaza, namun Washington menyatakan bahwa kematian pemimpin Hamas Yahya Sinwar pada 18 Oktober mungkin akan menjadi titik balik dalam negosiasi.
Namun, Hamas menegaskan bahwa konflik ini akan berakhir ketika Israel menghentikan kampanye militernya di wilayah yang diblokade tersebut, yang telah menewaskan lebih dari 43.060 orang sejak tahun lalu.
Militer Israel terus melancarkan serangan dahsyat ke Gaza sejak serangan lintas-batas oleh Hamas pada Oktober tahun lalu, meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera.
Lebih dari 43.000 orang telah tewas, sebagian besar wanita dan anak-anak, serta lebih dari 101.100 orang terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.
Serangan Israel juga telah membuat hampir seluruh penduduk wilayah tersebut mengungsi di tengah blokade yang menyebabkan kekurangan parah makanan, air bersih, dan obat-obatan.
Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas tindakannya di Gaza.