Mahmoud Mardawi, pemimpin senior Hamas, membantah laporan media yang menyebut Hamas diusir oleh Qatar. Menurutnya, informasi liar itu merupakan bagian dari kampanye propaganda perang.
Mardawi menegaskan bahwa laporan-laporan tersebut bertujuan untuk meruntuhkan semangat para pendukung perlawanan.
Diaa mengungkapkan bahwa Hamas berupaya keras untuk menghentikan pembantaian, kelaparan, dan pengusiran warga Palestina yang terus berlangsung.
Mardawi juga mengungkapkan bahwa Israel telah mundur dari kesepakatan 2 Juli, yang diprakarsai oleh para mediator dan disetujui oleh pejabat-pejabat Israel pada awalnya.
Menurut Mardawi, kesepakatan tersebut merupakan peluang besar untuk mengakhiri genosida yang sedang berlangsung dan menyelesaikan tantangan-tantangan utama.
Pemecatan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant baru-baru ini, bersama dengan pernyataannya, menjadi bukti validitas narasi Hamas, kata Mardawi seperti dilansir Quds News Network pada Sabtu (9/11).
Kementerian Luar Negeri Qatar menanggapi laporan yang beredar terkait status kantor Hamas di ibu kota, Doha.
Dalam pernyataan terbaru, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, Dr. Majed bin Mohammed Al-Ansari, menegaskan rumor mengenai penutupan kantor tersebut tidak akurat.
Al-Ansari menjelaskan bahwa kantor Hamas di Doha berfungsi sebagai kanal komunikasi strategis yang menghubungkan pihak-pihak terkait dalam upaya mencapai gencatan senjata dan memfasilitasi pertukaran tahanan.
“Kantor ini berperan penting dalam mediasi berbagai kesepakatan untuk meredakan ketegangan dan menjaga stabilitas di Gaza,” ujar Al-Ansari, sembari menambahkan bahwa kanal ini telah berhasil membantu pencapaian beberapa tahap gencatan senjata sebelumnya.
Menanggapi spekulasi yang terus berkembang, Al-Ansari mengimbau publik untuk merujuk pada sumber resmi dalam memperoleh informasi yang akurat.