Di tengah berlanjutnya dugaan pelanggaran gencatan senjata oleh Israel, sumber-sumber yang dikutip Al Arabiya menyebut Hamas telah memberi tahu utusan AS Steve Witkoff dan menantu Presiden Donald Trump, Jared Kushner, bahwa “kesepakatan telah berakhir dan mereka siap bertempur.”
Menurut sumber tersebut, Hamas menegaskan kepada Witkoff bahwa setiap gencatan senjata harus bersifat timbal balik, seraya menekankan bahwa “Gaza tidak akan menjadi Lebanon.”
Sebelumnya pada Sabtu, Hamas meminta para mediator internasional menekan Israel agar mematuhi kesepakatan, dengan menuduh pasukan Israel “terus bergerak ke arah barat melampaui garis yang disepakati, menyebabkan gelombang pengungsian baru,” yang digambarkan sebagai “pelanggaran terang-terangan.”
Hamas juga menyatakan bahwa “pelanggaran sistematis” itu telah menewaskan ratusan orang dalam beberapa hari melalui serangan udara dan pembunuhan terarah “berdalih alasan yang dibuat-buat.” Kelompok tersebut menuding Israel mengubah batas penarikan secara sepihak dan “bertentangan dengan peta yang telah disepakati.”
Gerakan itu menolak setiap upaya pemerintah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk memberlakukan status quo baru di luar kesepakatan dan meminta para mediator bertindak cepat menghentikan pelanggaran. Hamas juga mendesak AS memastikan Israel memenuhi komitmennya dan mencegah upaya yang dapat merusak gencatan senjata.
Serangan udara terbaru
Fase pertama kesepakatan gencatan senjata yang dimediasi Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat dimulai pada 10 Oktober, namun serangan udara Israel di Gaza tetap berlangsung.
Pada Sabtu, militer Israel melancarkan serangan udara yang diklaim menargetkan anggota Hamas, menyebut lima tokoh senior kelompok itu tewas. Otoritas kesehatan Gaza melaporkan sedikitnya 24 orang tewas dan 54 terluka, termasuk anak-anak.
Serangan tersebut terjadi di tengah meningkatnya momentum diplomatik terkait Gaza. Pada Senin, Dewan Keamanan PBB menyetujui rancangan AS untuk menstabilkan wilayah itu, termasuk pembentukan pasukan keamanan internasional, otoritas transisi yang diawasi Presiden Donald Trump, serta kemungkinan jalur menuju pembentukan negara Palestina.
Israel sebelumnya juga melakukan serangan serupa setelah insiden terhadap pasukannya selama gencatan senjata. Otoritas kesehatan melaporkan sedikitnya 33 warga Palestina—mayoritas perempuan dan anak-anak—tewas selama periode 12 jam pada Rabu dan Kamis.
Militer Israel menyatakan operasi pada Sabtu dilakukan sebagai respons atas seorang “teroris bersenjata” yang melintasi wilayah yang dikuasai Israel di Gaza selatan dan melepaskan tembakan, meski tidak ada tentara yang terluka. Individu itu disebut menggunakan jalur yang biasanya dipakai untuk pengiriman bantuan kemanusiaan, yang dinilai militer sebagai “pelanggaran ekstrem” terhadap gencatan senjata.
Anggota biro politik Hamas Izzat al-Rishq mengecam serangan tersebut, menuduh Israel “mencari-cari alasan untuk menghindari kesepakatan dan kembali ke perang pemusnahan,” serta mengulangi seruan agar AS dan para mediator memastikan Israel mematuhi perjanjian.


