Pemerintah Inggris kemungkinan akan menghapus kelompok militan Suriah, Hay’at Tahrir Al-Sham (HTS), dari daftar terorisnya dalam waktu dekat, seiring dengan perubahan situasi kekuasaan yang terjadi setelah jatuhnya rezim Bashar Al-Assad.
Pada Minggu, oposisi Suriah yang dipimpin oleh HTS berhasil merebut ibu kota Damaskus dan menyelesaikan serangan kilat dalam sepuluh hari.
Dengan demikian, perang Suriah yang telah berlangsung hampir 14 tahun dan lebih dari lima dekade kekuasaan Partai Baath Suriah berakhir.
Kemenangan tersebut tampaknya menjadikan HTS sebagai otoritas utama di antara kelompok oposisi yang ada di Suriah, yang membuka kemungkinan bahwa kelompok ini akan membentuk pemerintahan dan administrasi negara di masa depan.
Namun, salah satu hambatan besar dalam memperoleh legitimasi internasional adalah fakta bahwa HTS telah dianggap sebagai organisasi teroris oleh banyak negara Barat, terutama Amerika Serikat dan Inggris, karena hubungan historis mereka dengan Al Qaeda.
Namun, hal ini kemungkinan akan segera berubah.
Menteri Urusan Antar-Pemerintahan Inggris, Pat McFadden, mengatakan dalam wawancara dengan program BBC Radio 4 “Today” pada Senin bahwa situasi di Suriah sangat dinamis dan status teroris HTS harus dikaji ulang.
McFadden juga mengakui bahwa pemimpin HTS, Abu Muhammad Al-Jolani – yang kini lebih dikenal dengan nama aslinya, Ahmed Hussein Al-Sharaa – kini telah berubah karena dia telah berkomitmen melindungi minoritas dah hak-hak rakyat Suriah.
Pernyataan tersebut muncul setelah jatuhnya rezim Assad yang disambut oleh Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer.
Juru bicara resmi pemerintah Inggris menyatakan bahwa kebijakan lama pemerintah adalah tidak berinteraksi dengan organisasi yang terdaftar dalam daftar teroris, namun tetap melakukan peninjauan terhadap daftar tersebut.