Tuesday, April 22, 2025
HomeBeritaIni pesan di balik video operasi Al-Qassam di Beit Hanoun

Ini pesan di balik video operasi Al-Qassam di Beit Hanoun

Tayangan video yang dirilis oleh Brigade Izzuddin Al-Qassam—sayap militer Hamas—atas operasi militernya di timur Beit Hanoun, Jalur Gaza bagian utara, bukan sekadar dokumentasi.

Menurut analis militer dan keamanan, Osama Khaled, dokumentasi ini menjadi bagian dari strategi komunikasi dan perang psikologis yang ditujukan kepada 2 audiens sekaligus: publik Palestina dan masyarakat Israel.

Dalam wawancara dengan Al Jazeera Net, Khaled menyebut bahwa operasi tersebut merupakan “serangan berani” yang dilaksanakan di Jalan Jakar, kawasan yang menjadi garis depan pertahanan kelompok perlawanan.

Daerah ini disebut sebagai “tanah haram” karena berdekatan langsung dengan pasukan Israel.

Fakta bahwa serangan dilakukan di lokasi ini menunjukkan keberanian serta kemampuan inisiatif Al-Qassam di tengah tekanan konflik yang berkepanjangan.

Rekaman yang dirilis menunjukkan pasukan Al-Qassam menyergap kendaraan militer Israel jenis Storm.

Setelah serangan pertama, pasukan bantuan Israel yang datang ke lokasi langsung menjadi target ranjau anti-personel.

Tidak berhenti di situ, Al-Qassam juga menghujani posisi Israel yang baru dibentuk di area tersebut dengan empat peluru kendali RPG dan sejumlah mortir.

Penerapan prinsip perang

Khaled menambahkan bahwa keberhasilan operasi ini tak lepas dari penerapan 11 prinsip dasar dalam strategi perang.

Di antaranya adalah kejelasan tujuan, koordinasi, keamanan, konsentrasi kekuatan, serta semangat juang yang tinggi.

Keberhasilan tersebut juga didukung oleh intelijen yang presisi serta pengintaian lapangan yang dilakukan secara senyap dan bertahap.

“Proses pengumpulan data intelijen memungkinkan Al-Qassam memetakan struktur dan jadwal rotasi pasukan musuh di sepanjang jalur suplai mereka,” ujarnya.

Ia juga menekankan bahwa meskipun perang telah berlangsung lama, sayap intelijen Al-Qassam tetap aktif dan efektif di luar jalur tempur konvensional.

Menurut Khaled, operasi ini tergolong dalam kategori “serangan manuver yang bertujuan untuk menimbulkan kerugian maksimal” pada pihak lawan.

Seluruh unit yang terlibat menunjukkan koordinasi tinggi dan kedisiplinan militer yang matang, termasuk dalam pengambilan gambar dari jarak yang sangat dekat dengan posisi musuh.

Khaled menyoroti bahwa keberhasilan operasi juga mencerminkan tingkat profesionalisme tinggi dari para pejuang Al-Qassam serta kualitas kepemimpinan mereka.

Ia menilai, perencanaan operasi ini mengedepankan prinsip kesederhanaan dalam pembagian peran, namun tetap efektif di lapangan.

Ia juga membandingkan operasi Beit Hanoun dengan serangan terhadap Pos Militer 16 yang dilakukan saat pertempuran “Asf al-Ma’kul” (Badai yang Menggulung) tahun 2014.

Menurutnya, kesamaan dari sisi lokasi, bentuk, dan metode operasi menunjukkan kesinambungan strategi serta semangat perjuangan yang diwariskan dari generasi sebelumnya.

Lebih dari itu, ia menekankan bahwa pesan utama dari operasi ini adalah kesiapan penuh kelompok perlawanan dalam menghadapi setiap potensi invasi darat di poros Beit Hanoun dan kawasan utara Jalur Gaza.

“Ini menunjukkan betapa kokohnya sistem pertahanan Al-Qassam dalam menghadapi ancaman mendatang,” ujarnya.

Soal mengapa operasi ini didokumentasikan secara profesional, Khaled menjelaskan bahwa hal itu merupakan bagian dari kebijakan komunikasi Al-Qassam.

Dengan menyebarkan video yang menggambarkan keberhasilan operasi, tujuan mereka bukan hanya untuk membangkitkan semangat rakyat Palestina, tetapi juga menciptakan kebingungan dan tekanan psikologis di pihak Israel.

Efek dari video tersebut, menurutnya, terlihat dalam pemberitaan media Israel yang menyebut serangan ini sebagai “kegagalan operasional besar.”

Media-media tersebut juga mencatat adanya peningkatan kemarahan di kalangan publik Israel, yang merasa frustrasi atas respons militer yang dinilai lambat dan tidak efektif.

Menutup wawancaranya, Khaled menyebut bahwa Al-Qassam kini menjadi salah satu model unik dalam dunia militer modern karena kemampuannya memadukan taktik klasik militer konvensional dengan gaya gerilya.

Meskipun telah kehilangan beberapa komandan kunci akibat serangan Israel, kemampuan organisasi ini dalam beradaptasi dan bangkit kembali membuktikan daya tahannya di tengah konflik yang terus berlangsung.

Sejak 7 Oktober 2023, Israel masih terus melancarkan serangan ke Jalur Gaza. Menurut Kementerian Kesehatan di Gaza, lebih dari 51.000 warga telah gugur, sekitar 117.000 terluka, dan ribuan lainnya masih hilang di bawah reruntuhan bangunan.

Hampir seluruh penduduk Gaza juga telah mengungsi akibat serangan yang berlangsung selama berbulan-bulan itu.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular