Monday, March 10, 2025
HomeBeritaInvestigasi Israel atas Taufan Al-Aqsha bawa Shin Bet berhadapan dengan Netanyahu

Investigasi Israel atas Taufan Al-Aqsha bawa Shin Bet berhadapan dengan Netanyahu

Investigasi yang dilakukan oleh badan keamanan dalam negeri Israel, Shin Bet, yang berfokus pada penyebab utama kegagalan dalam mengantisipasi serangan Thaufan Al-Aqsha pada 7 Oktober 2023, telah memicu perdebatan luas di Israel.

Perdebatan ini berkisar pada penentuan tanggung jawab dan langkah-langkah masa depan, serta diiringi dengan saling tuding antara pemerintah di satu sisi dan oposisi serta lembaga keamanan di sisi lain.

Pengumuman investigasi oleh Shin Bet datang hanya beberapa hari setelah militer Israel merilis laporannya sendiri. Laporan itu mengakui adanya beberapa kegagalan dalam mendeteksi, mencegah, atau menangani serangan tersebut.

Meskipun Shin Bet juga mengakui kegagalan keamanan, kritik lebih besar diarahkan kepada level politik dibandingkan dengan tingkat militer.

Shin Bet kritik kebijakan pemerintah

Laporan Shin Bet sebagian menyalahkan militer, dengan menekankan lemahnya koordinasi intelijen antara Shin Bet dan tentara Israel. Akibatnya, menyebabkan kurangnya tindakan pencegahan terhadap serangan 7 Oktober.

Namun, kritik paling tajam dalam laporan tersebut ditujukan kepada level politik.

Laporan itu menunjukkan bahwa beberapa kebijakan pemerintah Israel. Seperti pelanggaran di Masjid Al-Aqsha, tekanan terhadap tahanan Palestina, kebijakan ketenangan yang memungkinkan aliran dana Qatar ke Gaza, serta melemahnya daya gentar Israel.

Hal itu menjadi faktor utama yang memungkinkan Hamas meningkatkan kekuatan militernya.

Setelah publikasi bocoran laporan di media Israel, perang kata-kata dan saling tuding pun pecah.

Media melaporkan bahwa kepala Shin Bet, Ronen Bar, telah memperingatkan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu tentang ancaman ini.

Surat kabar Israel Al-Yaom mengungkap bahwa Shin Bet telah beberapa kali mengusulkan operasi pembunuhan terhadap para pemimpin Hamas.

Terutama Yahya Sinwar, setidaknya dalam 6 kesempatan, tetapi Netanyahu menolak menyetujuinya.

Sementara itu, menurut Haaretz, pendukung Netanyahu membuat alasan untuk membela dirinya.

“Seandainya dia diperingatkan satu malam sebelum serangan, dia pasti akan mengerahkan seluruh pasukan untuk mencegah tragedi di permukiman dekat Gaza dan pangkalan militer Israel,” tulisnya.

Namun, Haaretz menambahkan bahwa alasan ini tidak meyakinkan. Karena, lanjutnya, bahkan sebelum perang.

Ketika Netanyahu dalam kondisi sangat waspada, dia tidak meminta intelijen untuk meninjau ulang perkiraan mereka atau mempertanyakan apakah Sinwar sedang menipu mereka dengan menciptakan ketenangan semu.

Harus bertanggung jawab

Laporan dari militer dan Shin Bet juga memicu perdebatan tentang tanggung jawab Netanyahu.

Terlihat jelas bahwa Kepala Staf yang mengundurkan diri, Herzi Halevi, dan Kepala Shin Bet, Ronen Bar, secara terbuka mengakui kesalahan mereka terkait peristiwa 7 Oktober.

Dalam pidato serah terima jabatan kepada penggantinya, Eyal Zamir, Halevi mengatakan bahwa dia merupakan bagian dari kegagalan tersebut.

“Sebagai kepala badan ini, saya akan membawa beban berat ini di pundak saya sepanjang hidup saya,” kata Ronen Bar dalam ringkasan investigasi Shin Bet.

Pengakuan tanggung jawab dari Halevi dan Bar semakin menekan Netanyahu untuk mengambil sikap serupa sebagai pengambil keputusan utama.

Namun, seperti yang ditulis oleh jurnalis Aluf Benn di Haaretz, Netanyahu memilih untuk menghindari tanggung jawab dan malah menyalahkan bawahannya. Menurutnya, Netanyahu sambil terus memanipulasi opini publik Israel.

Kantor Perdana Menteri membantah laporan yang menyebut bahwa Netanyahu menolak rekomendasi Shin Bet untuk membunuh para pemimpin Hamas sebelum 7 Oktober.

Tak lama setelah investigasi Shin Bet dipublikasikan, para pendukung Netanyahu langsung menyerangnya.

Alasannya, bahwa investigasi tersebut tidak menjawab pertanyaan utama terkait kegagalan intelijen yang serius.

Mereka juga mengklaim bahwa kesimpulan investigasi tidak menggambarkan skala kegagalan Shin Bet secara keseluruhan.

Bahkan, Ronen Bar sendiri menjadi sasaran spekulasi bahwa Netanyahu ingin memecatnya, setelah sebelumnya mencopotnya dari tim negosiasi bersama dengan Kepala Mossad, David Barnea.

Menurut media Israel, Netanyahu menyatakan bahwa Shin Bet gagal membaca situasi intelijen dan terjebak dalam satu pola pikir tertentu.

Sehingga dia menyalahkan badan tersebut atas kegagalan keamanan.

Setelah laporan Shin Bet dipublikasikan, Netanyahu kembali mengkritik Ronen Bar dengan menyatakan bahwa penilaian Shin Bet sebelum 7 Oktober berfokus pada asumsi bahwa Hamas ingin mempertahankan ketenangan dan tidak akan memulai perang.

Bahkan, Bar merekomendasikan pemberian insentif sipil kepada Hamas sebagai imbalan atas ketenangan, guna menghindari putaran pertempuran baru.

Seruan untuk investigasi lebih luas

Para pemimpin militer dan keamanan menegaskan perlunya penyelidikan lebih luas melalui komisi independen resmi.

Herzi Halevi telah meminta pembentukan komisi penyelidikan resmi, sementara Ronen Bar juga menuntut investigasi lebih mendalam untuk memahami alasan utama kegagalan dalam mencegah serangan 7 Oktober.

Menurut siaran radio publik Israel Kan, Bar meyakini bahwa ada teori konspirasi yang menyebutkan bahwa pejabat Shin Bet dan intelijen militer mengetahui rencana Hamas.

Namun, mereka mengabaikannya karena kelalaian atau ketakutan akan mengungkap sumber penting mereka.

Untuk mengatasi tuduhan ini, Bar menegaskan bahwa pembentukan komisi penyelidikan resmi sangat diperlukan. Jika tidak, berbagai teori konspirasi akan terus menyebar.

Namun, pertempuran lain kini muncul terkait pembentukan komisi penyelidikan resmi.

Penasihat hukum pemerintah, Gali Baharav-Miara, menolak argumen Netanyahu yang mengatakan bahwa komisi tidak dapat dibentuk karena “perang belum berakhir.”

Baharav-Miara juga mengkritik Netanyahu karena tidak menginformasikan posisi Kepala Shin Bet kepada para menteri lainnya.

“Dia hanya seorang pegawai. Apa hubungannya dengan ini?” kata Netanyahu menanggapi kritik tersebut.

Pemerintah Israel sebelumnya telah menolak usulan pembentukan komisi penyelidikan yang diajukan oleh Bar.

Dalam pertemuan kabinet pada Februari 2025, terjadi perdebatan sengit ketika pemerintah menolak permintaan Bar untuk berpartisipasi dalam sesi khusus yang membahas investigasi resmi atas kegagalan 7 Oktober.

Dalam pertemuan itu, Netanyahu menyerang Bar, ia menyebutnya sebagai “pegawai” yang tidak ada hubungannya dengan penyelidikan pemerintah.

Menteri Komunikasi, Shlomo Karhi, juga menolak gagasan komisi penyelidikan yang dipimpin oleh hakim Mahkamah Agung. Alasannya, bahwa hanya pemerintah terpilih yang memiliki wewenang untuk melakukan penyelidikan.

Pemecatan Ronen Bar?

Langkah selanjutnya yang mungkin diambil Netanyahu adalah memecat Ronen Bar, tetapi ini akan menjadi keputusan yang kontroversial.

Menurut Channel 12 Israel, Bar menyatakan bahwa dia tidak berencana mundur sampai semua sandera dibebaskan dan komisi penyelidikan resmi dibentuk.

Media Israel melaporkan bahwa Netanyahu sedang mempertimbangkan konsekuensi dari pemecatan Bar, dan spekulasi mengatakan bahwa ini dapat terjadi dalam beberapa minggu ke depan.

Seperti dalam kasus Kepala Staf Militer, Netanyahu sedang mencari sosok yang setia kepadanya untuk memimpin Shin Bet.

Menurut laporan Israeli Broadcasting Corporation (Kan), Netanyahu mungkin akan menunjuk mantan wakil kepala Shin Bet yang baru saja dia masukkan ke dalam tim negosiasi untuk menggantikan Bar.

Jika Netanyahu menunjuk seseorang dari luar Shin Bet, ini dapat memicu kekhawatiran bahwa badan tersebut sedang dipolitisasi.

Padahal, selama ini dianggap sebagai institusi profesional yang independen dari pertarungan politik.

Opini publik

Dalam konteks ini, sebuah survei yang dilakukan oleh Channel 12 Israel dan diterbitkan pada 5 Maret lalu menunjukkan bahwa 60% warga Israel mendukung pengunduran diri Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

Selain itu, 64% juga menyatakan dukungan terhadap pengunduran diri Kepala Shin Bet, Ronen Bar.

Selain itu, terdapat dukungan besar untuk pembentukan komite penyelidikan independen terkait peristiwa 7 Oktober, dengan 75% warga Israel menyetujui gagasan tersebut.

Sementara itu, 42% mendukung pemecatan Penasihat Hukum Pemerintah, Gali Baharav-Miara, sementara 41% lainnya menolak langkah tersebut.

Situasi perdebatan dan tuduhan yang muncul setelah publikasi hasil investigasi oleh lembaga-lembaga terkait menunjukkan adanya penurunan besar dalam kepercayaan terhadap institusi yang bertanggung jawab atas keamanan di Israel. Hal ini menciptakan ancaman internal yang serius.

Menurut laporan dari situs Israel Walla, diharapkan bahwa lembaga-lembaga keamanan Israel akan mendukung posisi Kepala Shin Bet.

Mereka menegaskan bahwa satu-satunya cara untuk mengembalikan kepercayaan publik terhadap Shin Bet adalah dengan membentuk komite penyelidikan resmi, bukan komite penyelidikan pemerintah yang tidak akan mendapat kepercayaan dari masyarakat.

Namun, sikap keras kepala Netanyahu tetap menjadi hambatan utama dalam pembentukan komite ini. Sebab, ia khawatir bahwa hasil investigasi dapat menjadi pukulan fatal bagi masa depan politiknya.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular